Mohon tunggu...
solehuddin dori
solehuddin dori Mohon Tunggu... -

Pengamat berbagai masalah sosial, politik, budaya dan ekomomi, yang berpikiran jernih dan bebas kepentingan apapun. Ingin melihat Indonesia yang maju dan sejahtera.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ribetnya Kunjungan Seorang Presiden

18 Februari 2014   22:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak pihak yang mengeluhkan ribetnya kunjungan seorang presiden termasuk presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Yang terbaru tentunya bagaimana perjalanan kunjungan presiden SBY ke daerah terdampak bencana meletus gunung Kelud di Malang, Blitar, Kediri dan Jombang di Jawa Timur. Dari sejumlah pemberitaan kita bisa membaca, menonton dan mendengar, betapa rumit dan ribetnya kunjungan seorang presiden.

Bagaimana sih sesungguhnya kunjungan seorang presiden dilakukan?

Sebelum mengupas kunjungan presiden, izinkan saya menjadikan kunjungan presiden Amerika Serikat sebagai contoh. Negara adidaya itu termasuk yang paling ribet untuk urusan kunjungan ke suatu tempat, baik di dalam maupun di luar negeri. Amat ketat. Sangat detil. Semuanya harus sempurna. Wajar karena mereka pernah mengalami peristiwa kelam ketika presiden dijabat oleh John F. Kennedy, terjadi penembakan yang menewaskan sang presiden. Beberapa puluh tahun kemudian, terjadi lagi pada masa presiden Ronald Reagan, meski tidak menimbulkan kematian.

Setiap kali presiden Amerika hendak berkunjung ke suatu tempat, termasuk Obama, maka semua hal disterilisasi. Pasukan khusus kepresidenan akan beraksi beberapa waktu sebelum sang presiden datang. Galaknya minta ampun. Dulu saya pernah baca tentang sikap para pengawal/pengamananan presiden AS itu ketika berkunjung ke Indonesia. Butuh satu kontainer sendiri untuk memuat barang-barang mereka. Sikapnya hmm ketus... Tegas. Galak dan tanpa kompromi. Tidak ada senyuman dari bibir mereka. Mereka tidak mau ambil risiko terhadap keselamatan presiden. Kalau ada apa-apa dengan presiden, yang repot bukan hanya mereka sendiri tapi seluruh rakyat Amerika. Apakah memilih presiden gampang?

Bagaimana dengan presiden Indonesia?
Kira-kira sama lah. Kalau ada apa-apa dengan presiden Indonesia, yang repot bukan hanya pasukan pengamanan presiden, namun seluruh rakyat Indonesia. Repot semuanya. Itulah sebabnya, pasukan pengamanan presiden harus ketat, tegas, galak dan tanpa kompromi. Orang nomor satu di sebuah negara harus mendapatkan pengamanan ekstra. Jauh di atas pengamanan manusia lainnya. Harus.

Pasukan pengamanan presiden harus berkoordinasi dengan tim protokoler. Tidak boleh sembarangan. Misalnya, presiden tidak boleh menyapa masyarakat yang menonton iring-iringan kendaraan seenaknya. Bahkan membuka kaca jendela pun ada prosedurnya. Keamanan menjadi taruhannya. Itulah sebabnya mobil presiden harus aman, tahan peluru. Ketika iring-iringan kendaraan lewat semua orang harus memberinya jalan. Wajib. Hal itu sudah diatur dalam perundangan.

Persiapan sebuah kunjungan seorang presiden memang ribet, detil dan harus sempurna. Tidak ada toleransi! Sekecil apapun. Hal inilah yang seringkali membuat pasukan pengamanan presiden, tim protokoler dan rombongan kepresidenan berbuat tegas, keras atau bahkan kadang galak. Taruhannya keselamatan presiden. Tugas mereka memang itu. Harus begitu. Presiden bukan artis yang dengan mudah dielu-elukan penggemarnya.

Masalah kerapkali muncul di luar tim itu.
Misalnya, ketika berkunjung ke sebuah daerah, maka kepala daerah di tempat itulah yang bertanggung jawab terhadap penyambutan dan persiapan kedatangan presiden. Menjadi sibuklah dia. Bagaimana pun dia harus menyambut ‘atasan’-nya dengan sebaik-baiknya. Intinya, semua harus sempurna, harus baik, harus berkesan... dan harus harus yang lainnya. Kadang, implementasi di lapangan tidak seperti yang diharapkan misalnya berupa pelarangan yang berlebihan, penjagaan berlebihan, pemaksaan, penyambutan yang direkayasa dan sejenisnya yang membuat masyarakat tidak nyaman. Walaupun kita harus memaklumi. Namanya juga presiden datang, pastilah mereka mau memberikan sambutan terbaik. Mungkin kali pertama itulah mereka berkesempatan bisa bertemu langsung dengan presidennya.

Nah, ketika presiden sudah berada di lokasi, masyarakat biasanya berebut berjabat tangan dengan presidennya. Pemda setempat senang karena presiden gembira disambut masyarakat dengan antusias. Giliran tim protokoler dan paspampres yang tegang, karena saat itu biasanya keamanan menjadi taruhannya...

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun