Dalam banyak kesempatan, saya sering kali datang ke sebuah pedesaan. Di sana saya melihat sejumlah jalan kampung yang kondisinya lumayan baik. Lebarnya mungkin hanya satu sampai 2 meter, namun bahannya kebanyakan dari cor semen, yang lebih kuat dibanding jalan sebelumnya di kampung-kampung itu. Cor coran ini memang keras dan lebih tahan lama. Tergantung campuran semennya memang, karena ada juga yang bikin seadanya.
Selain jalan selebar 1-2 meter, saya juga melihat di sejumlah desa yang jalannya justru lebih lebar. Bisa dilewati oleh kendaraan roda empat. Bagus. Bukan cor tapi beton. Bahkan ada yang bisa dilewati dua mobil berpapasan. Mirip seperti jalan kabupaten. Memang tidak terlalu panjang, sesuai dengan luas desanya. Paling panjang mungkin hanya 1-2 km saja.
Tapi jalan-jalan dengan kondisi baik itu, sangat membantu aktivitas warga.
Dari manakah warga mendapatkan dana untuk membangun jalan-jalan itu. Setelah saya tanyakan, begini jawaban mereka:
“Ini bantuan dari PNPM pak, plus hasil swadaya pak.”
Ketika saya tanya, apa itu PNPM, mereka tidak bisa menyebutkannya dengan benar, hehe.
“Pokoknya program bantuan yang dari pemerintah itu, pak,” katanya sambil senyum senyum.
Apakah benar jalan-jalan itu hasil dari PNPM?
Saya penasaran. Di sebuah desa, kebetulan saya kenal dengan aktivis desa yang sering dipercaya melaksanakan program pembangunan di desanya. Dia pernah bikin jalan dan kakus umum. Kata dia, memang dananya dari pemerintah melalui program PNPM.
“Seharusnya, dana itu hanya untuk materialnya saja, dan pekerjanya swadaya masyarakat. Tapi susah juga, masyarakat yang mau sukarela tidak banyak, akhirnya dananya sebagian untuk upah tukangnya juga...” katanya menjelaskan.
Oooh, berarti benar memang ada PNPM yang sampai ke desa desa, dengan variasi jumlah bantuan. Saya baru ngeh, bahwa program ini bisa berjalan setelah menyaksikan sendiri pelaksanaan dan hasilnya.
Apakah ada potongan dari pihak sana sini?
Hmmm, tidak tahu juga ya. Seharusnya sih tidak ada potongan. Tapi namanya juga manusia, ada saja yang berani motong dana bantuan tersebut. Dari pusat X rupiah, sampai bawah X minus satu atau dua. Semoga Tuhan membalasnya dengan balasan yang setimpal, baik balasan di dunia maupun di akhirat. Amin.
Setelah googling, saya baru sadar juga ternyata program ini sudah lama berjalan, yaitu sejak tahun 2007. Lho sudah lumayan lama bukan? Kok saya baru ngeh ya. Sebenarnya sudah tahu lama, tapi baru sadar bahwa program itu sudah berjalan dan ada hasilnya. Lumayan sering juga nginjek jalan-jalan kampung yang cukup bagus kondisinya itu. Bahkan, nama PNPM pun sering disebutkan oleh warga atau perangkat desa serta kadang-kadang saja dari media massa.
Setelah saya baca lebih jauh, memang ternyata program ini sudah berjalan di berbagai bidang. Bukan hanya bikin jalan. Bukan hanya bikin kakus umum, atau fasilitas dan sarana serupa. Program ini juga mencakup berbagai bidang mulai dari sarana prasarana, pariwisata, permukiman, peluang pekerjaan dan usaha. Bahkan ada juga program PNPM pendidikan dan lingkungan.
Aha, saya baru inget, tempo hari seorang ibu di daerah Cipayung Bogor, girang sekali mendapatkan beasiswa buat anaknya. Beasiswa itu bagian dari PNPM, dan anak si ibu itu salah satu dari ribuan anak di kabupaten Bogor yang mendapatkan dana bantuan pendidikan dari PNPM.
Owalah... kok saya hanya tahunya sedikit ya tentang program ini.
Kalau benar pelaksanaannya seperti jalan-jalan yang lumayan bagus di kampung itu atau beasiswa itu, program ini harus terus ada. Nggak peduli siapapun pemerintahnya. Jangan ganti pemerintah, terus ganti kebijakan. Harusnya program bagus dipertahankan dan bahkan diperbaiki di masa yang akan datang.