Mohon tunggu...
solehuddin dori
solehuddin dori Mohon Tunggu... -

Pengamat berbagai masalah sosial, politik, budaya dan ekomomi, yang berpikiran jernih dan bebas kepentingan apapun. Ingin melihat Indonesia yang maju dan sejahtera.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Marah kepada Media?

16 Juli 2014   15:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:10 1566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan jika seorang presiden marah kepada media massa? Apa yang akan terjadi ya? Untunglah, selama berkuasa selama 10 tahun, Presiden kita Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah memarahi media massa. Mengkritik, menghimbau, menasihati, menyarankan sesuatu kepada media massa sih sering. Curhat tentang ketidakakuratan atau ketidakberimbangan media massa juga pernah. Tapi kalau memarahi media massa? Rasa-rasanya SBY tidak pernah melakukannya.

Menurut saya, Indonesia beruntung memiliki presiden yang sangat menghormati kebebasan pers. Seorang presiden yang tidak pernah sekalipun melarang atau menghalangi kerja pers. Sebaliknya, SBY selalu mendorong agar pers semakin sehat dan baik. Sejumlah perangkat peraturan pun disediakan untuk tujuan tersebut. Dalam banyak kesempatan, Presiden SBY selalu menekankan pentingnya peranan pers dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pers adalah salah satu tonggak penting demokrasi.

Dibanding tokoh-tokoh politik lainnya, saya pribadi menilai bahwa SBY adalah satu-satunya tokoh yang paling getol menyuarakan pentingnya menjaga kebebasan pers. Dan itu dilakukannya berkali-kali dalam banyak kesempatan. Padahal, kita semua tahu... sejumlah media massa sangat rajin menyerang SBY dalam kapasitasnya sebagai presiden, sebagai ketua umum partai politik dan sebagai pribadi. Berita-berita negatif dan tidak berimbang terus menerus muncul, terutama dalam 5 tahun terakhir.

Namun, respon SBY tidak berubah. Dia tetap menghormati pers, seburuk apapun pers itu. SBY justru memberikan contoh baik bagaimana menghadapi pers. Bukan dengan kekerasan, bukan dengan marah-marah, melainkan dengan sikap kesabarannya dan masukan serta kritik yang konstruktif. Tidak heran jika PWI kemudian memberikan anugerah kepada SBY sebagai SABAHAT PERS. Wajar dan pantas SBY menerimanya.

Saya pribadi merasa perlu menuliskan hal ini kembali karena posisi presiden teramat sentral dalam menjaga kebebasan pers terkait dengan perjuangan Indonesia menegakkan demokrasi sebagai cara mencapai tujuan kesejahteraan rakyat. Sejarah kita mencatat bahwa presiden yang tidak menghormati pers, cenderung berbuat negatif terhadap pers. Catatan di banyak negara lain pun demikian. Kepala negara dan pemerintahan yang tidak menghormati pers, berpengaruh besar terhadap kehidupan demokrasi di negara tersebut.

Maka tidak salah jika saya mengatakan bahwa kita pantas bersyukur, selama 10 tahun terakhir ini dipimpin oleh SBY, yang meski sering dicemooh pers, tapi tetap menghormati dan menjaga kebebasan pers. Tidak pernah SBY melecehkan pers, apalagi sampai marah-marah kepada media massa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun