Kembali ke Pendekatan Klasik?
Pendekatan klasik dalam pendidikan, seperti diskusi kelompok, permainan tradisional, atau kegiatan luar ruangan, tetap relevan dan memiliki nilai yang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Aktivitas ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar, tetapi juga mengasah keterampilan sosial, emosional, dan fisik pelajar. Misalnya, pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang melibatkan eksperimen langsung atau kunjungan lapangan dapat memberikan pengalaman yang lebih mendalam dibandingkan hanya melihat simulasi di layar. Selain itu, metode bercerita atau mendongeng tetap efektif untuk membangun imajinasi dan daya ingat siswa.
Teknologi adalah alat yang memiliki potensi luar biasa untuk mendukung pembelajaran, tetapi juga menyimpan risiko jika tidak digunakan dengan bijak. Dalam konteks pendidikan, penting untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi modern dan mempertahankan pendekatan klasik yang telah terbukti efektif. Kombinasi keduanya dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyeluruh, yang tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif, tetapi juga psikomotor, psikologis, dan rasa sosial pelajar.
Sebagai pendidik, orang tua, dan pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, tanggung jawab kita adalah memastikan bahwa teknologi menjadi alat yang memajukan, bukan menghambat. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi dapat menjadi ujung tombak inovasi, bukan ancaman bagi generasi mendatang.
Sekilas teknologi dalam pembelajaran: komparasi ujian berbasis online VS ujian manual
Â
Penulis ingin membuat perbandingan sederhana antara ujian on line dan ujian manual. Asumsi yang digunakan penulis adalah: sekolah anda, misalkan saja setingkat SMP menggunakan ujian manual, 1 siswa meghabiskan 25 lembar untuk semua mata pelajaran. 1 lembar kertas harga 500 rupiah. harga tinta 250 ribu rupiah. jika siswa disekolah anda adalah 300 siswa. Ujian on line diperkirakan 10 kelas, setiap kelas hanya membutuhkan pulsa internet sebesar Rp 50.000,-Di asumsikan sekolah mempunyai laboratorium komputer, chrome book, tablet atau HP dari peserta didik.
Berikut adalah analisis perbandingan secara sederhana antara ujian manual dan ujian online berdasarkan biaya, waktu, dan aspek ramah lingkungan:
1. Perhitungan Biaya
- Ujian Manual:
- Kertas: 300 siswa 25 lembar/siswa = 7.500 lembar
- Biaya kertas: 7.500 lembar 500 rupiah/lembar = Rp 3.750.000,-
- Tinta: Biaya tinta = Rp 250.000,-
- Total biaya ujian manual: Rp 3.750.000 + Rp 250.000 = Rp 4.000.000,-
- Ujian Online:
- Pulsa internet: 10 kelas Rp 50.000/kelas = Rp 500.000,-
- Total biaya ujian online: Rp 500.000,-
2. Perhitungan Waktu
- Ujian Manual: distribusi soal membutuhkan waktu lebih lama (persiapan, mencetak, membagikan soal). Estimasi waktu sekitar 2-3 jam tambahan dibanding ujian online.
- Ujian Online: Soal sudah tersedia secara digital, langsung diakses oleh siswa. Proses ini menghemat waktu hingga 2-3 jam
3. Ramah lingkungan
- Ujian Manual
- Penghitungan kebutuhan kayu untuk kertas: asumsi 1 pohon rata- rata menghasilkan 10.000 lembar kertas. Jumlah pohon yang ditebang  = 0,75 pohon.
- Ujian Online: Tidak membutuhkan kertas atau tinta, sehingga lebih ramah lingkungan.