A. Latar Belakang berdirinya Pengajar Diponegoro Organisation
Awal mula kata tahfizh dahulu belum sebooming sekarang, yang hampir setiap wilayah di Indonesia sudah mengenal kata tahfizh.  Kata tahfizh merupakan bentuk masdar ghoir mim dari kata haffadho -- tahfiidhon -- yu haffadhu yang mempunyai arti menghafal. Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf Abdul Rauf definisi tahfizh adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar.[1]
Dahulu kita mengenal yang namanya hafalan surat-surat Alquran. Ketika masih di surau--surau, langgar (nama mushola jaman dahulu) dan di masjid, suasana menjelang maghrib dan selesai maghrib sering kita temukan orang dewasa, anak-anak mengaji di tempat tersebut. Mungkin jaman mulai berubah suasana sekarang mulai lain, tergantikan dengan gemerlapnya suasana kota.Â
Keaktifan mengaji setiap sore sudah mulai tergeserkan dengan kemewahan dunia. Suasana sore hari anak kecil sering pergi ke masjid untuk mengaji, tetapi terkadang orang tuanya untuk mengajak ke rumah si Mbahnya (nenek), atau shoping bersama orang tua. Keterkaitan anak untuk ngajipun mulai terkikis sedikit demi sedikit, bukan lahan yang menjadi alasan untuk tidak ada tempat, tapi pengaruh perhatian prang tua yang kurang.
Keprihatinan anak-anak sekarang tidak hanya menggugah hati sanubari seorang akademis agama untuk melakukan perubahan tapi itu juga dirasakan oleh beliau bapak Yusuf Mansur sebelum mejadi seorang ustadz. Ketika Yusuf Mansur berhijrah tahun 2000 dari permasalahan hidup yang membelit. Ia mulai dakwah dengan memperbaiki diri sendiri. Caranya dengan menghafal Alquran sampai kerabatnya diajak untuk melakunyanya amalan tersebut.[2]
Tahun 2006 bapak Yusuf Mansur yang dikenal sebagai ustadz Yusuf Mansur. Beliau membuat buku dengan judul "Mencari Tuhan Yang Hilang" terbit tahun 2006. Karena risaunya dengan keadaan anak-anak yang kurang mengenal Tuhanya.Â
Bersamaan dengan itu ustadz Yusuf Mansur mulai membuat Rumah Tahfizh (Penghafal Quran) diberbagai pelosok negeri dengan dinaungi Lembaga yang dibuat dengan nama sendiri PPPA Daarul Qur'an. Beliau memberi nama gerakan menghafal Al Qur'an jargon dari Rumah tahfizhnya. Nampaknya program tahfizh juga dilirik salah satu televisi swata RCTI pada tahun 2014 dengan nama Hafiz Indonesia dan KPI Komisi Penyiaran Indonesia memberi penghargaan kepada RCTI Hafiz Indonesia program Acara Ramadhan Terbaik Ramadhan.[3]
Sekian lama Lembaga Pendidikan Tilawah Al Qur'an menggarap Tilawah Quran, hampir setiap Mutsabaqoh Tilawatil Quran, Lembaga pendidikan Tilawah Alquran berperan aktif dalam mewarnai Mutsabaqoh Tilawatil Quran. Nampaknya Lembaga Pendidikan Tilawah Alquran harus berproses bertranformasi dengan keinginan para masyarakat sampai Kementerian Keagamaan Yogyakarta memberikan surat edaran ke arah Tahfizh, dan program tahfizh sebagai standar kenaikan kelas.Â
Dari sini lahirlah Pengajar Diponegoro Organisation, organisasi yang menggarap tahsin dan tahfizh. Tahsin (bahasa Arab: ) adalah kata Arab yang berarti memperbaiki, meningkatkan, atau memperkaya. Tahsin dalam islam mengandung makna bahwa tuntutan agar dalam membaca alquran harus benar dan tepat sesuai dengan contohnya demi terjaganya orisinalitas praktik tilawah sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW[4].Â
Pengajar Diponegoro Organisation adalah pengajar yang terbentuk karena silaturahmi dimasjid Pangeran Diponegoro pada tanggal 19 Januari 2018, berawal dari kapasitas pengajar mempunyai kemampuan masing-masing dari Baca Tulis Al Qur'an, Fiqih Islam (kebetulan lulusan pendidikan Agama Islam), Tahsin (Kepahaman ilmu Tajwid secara menyeluruh atau komprehensif), Â dan Tahfidz (Kepahaman hafalan melalui program dari Asrama). Dari beberapa kemampuan kapasitas ini kita bergabung membentuk Pengajar Diponegoro akan memberikan supply pengajaran kepada masyarakat berkaitan tentang ke-Qur'anan.
Kehadiran Keluarga Pengajar Diponegoro untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pengajar Tahsin Maupun Tahfizh. Diberbagai masyarakat, Intansi dan sekolah. Pengajar Diponegoro saat ini fokus ke Pengajaran Tahsin dan Tahfizh.