Mohon tunggu...
Ali Eff Laman
Ali Eff Laman Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Lepas Bebas

Orang biasa yang dikelilingi orang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Palestina dan BIP Antara Iman dan Angan-angan

20 Mei 2021   08:24 Diperbarui: 20 Mei 2021   08:36 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegagalan atau kesuksesan  aksi, faktor utamanya adalah narasi. Betapa tidak kurang aksi membela Palestine. Betapa tidak kurang gencar promosi aplikasi BIP merival Whatsapp.

Narasi religi lebih ditonjolkan dibandingkan narasi perdamaian dan kemanusiaan, alhasil dukungan dari masyarakat dunia sebatas membentang spanduk dan poster saja,  ungkapan keprihatinan di ujung bibir banyak orang, dibalik itu kita tidak tahu.

Narasi religi pun disematkan dalam promosi aplikasi layanan pesan BIP,   barang daganganpun dilabeli dengan agama, Al hasil pasar raksasa enggan menyentuhnya, akhirnya hanya segelintir orang saja yg tertarik dan bahkan alih alih mengunduhnya rasa ingin tahu pun dikubur dalam-dalam. WhatsApp dengan narasi global akhirnya masih layak untuk dipertahankan.

Hal yang seharusnya menjadi issue global justru di eksklusive kan, hal yang mestinya besar justu dikerdilkan dengan narasi narasi itu tadi.
 It doesn't make any different!!!
 Palestine tetap tertindas, BIP tetap tergilas.

Coba mulai narasikan tentang penegakan keadilan, kemanusiaan, kemerdekaan, kasih sayang sesama manusia di pelosok dunia manapun bukan hanya di palestine, pun di negeri sendiri. Narasikan tentang keunggulan produk daganganmu dengan baik, bukan hanya tentang  BIP. Geser narasi-narasi ekslusivisme ke narasi globalisme.

Karena kesamaan prinsip global di dunia  adalah keadilan, kemanusiaan, kemerdekaan, kasih sayang sesama manusia. Eksklusivisme values tidak akan pernah memberi ruang rekonsiliasi di dunia, baik ideology, politik , ekonomi, sosial maupun pertahanan dan keamanan. Kecuali kamu memang hanya ingin berjuang sendiri membopong ekslusivisme berharap mukzizat turun dari lagit.

Kesan penggiringan  narasi ke arah Eksklusivisme values justru membuat dunia tak serius untuk bergeming. Padahal kita sedang membutuhkan dukungan aksi masyarakat dunia.  Apakah  dengan spanduk dan  kekuatan do'a saja bisa meruntuhkan gunung ? Jangan mengaburkan antara  iman dan angan-angan.

A.E.L

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun