ums.ac.id, PABELAN -- Tim Kuliah Kerja Nyata KKN-MAs (Muhammadiyah Aisyiyah) 2023 berhasil melakukan pengurangan sampah plastik melalui modifikasi Ecobrick di Desa Kacung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung.
Nur Sholikha yang merupakan salah satu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prodi Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan Lingkungan berinisiatif memberikan idenya kepada anggota kelompoknya di KKN, berupa upaya pengurangan sampah plastik melalui modifikasi pemanfaatan Ecobrick.
Dengan anggota yang berasal dari berbagai daerah (Bella Nur Khalida Hasibuan dari Medan, Anggun Ramadhania dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Nindi Deva Anggraini dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Larashati Yuan Pauji dari Kalimantan, Ridwan Nur Syabani dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Novia Anggraini dari Universitas Muhammadiyah Lampung, Fakhri Okto Pian dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Isnaeni dari Sinjai, dan Sofi Hartini dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung) membuat Nur yakin dan semangat untuk mewujudkan ide tersebut.
"Ecobrick merupakan salah satu solusi yang dilakukan mahasiswa KKN di Desa Kacung sebagai upaya pengurangan sampah plastik di Desa Kacung. Proses dalam membuat Ecobrik tidaklah rumit melainkan membutuhkan proses yang cukup panjang. Dimulai dengan pengumpulan sampah plastik dan botol plastik, kemudian dicuci dan dikeringkan, lalu sampah plastik dimasukkan kedalam botol plastik," paparnya, Senin, (18/9).
Menurut Nur, manfaat dari Ecobrick cukup banyak bisa dijadikan meja, kursi, hiasan dan bisa juga dijual ditempat yang menampung Ecobrick.
"Mahasiswa KKN selain memanfaatkan Ecobrick sebagai meja dan kursi, mereka juga berhasil membuat icon desa yang bertuliskan "Kacung Bertamu" di mana saat tengah perjalanan sempat merasa putus asa, mengingat jumlah sampah dan botol yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Beruntung karena semangat dan antusias warga yang terus mendukung, akhirnya bisa terwujud," ungkap Mahasiswi UMS itu.
Selain itu, dukungan yang diberikan kepala desa dan dosen pembimbing lapangan yaitu Vika Martahayu, S.Pd.I., M.Pd menjadikan mereka berhasil mengumpulkan kurang lebih 600 botol berisi sampah plastik untuk tulisan icon Desa Kacung.
"Mereka juga telah melatih langsung dan membimbing karang taruna bagaimana proses pembuatan Ecobrick dengan harapan besar saat mereka sudah kembali dari desa tersebut, karang taruna bisa melanjutkan dan mendampingi warga desa setempat dalam membuat Ecobrick, sehingga upaya ini masih bisa dilakukan untuk ke depannya dan desa Kacung diharapkan bisa menjadi pioneer atau contoh untuk desa lainnya dalam mengelola sampah plastik," pungkas Nur.
Berdasarkan wawancara dengan kepala desa Kacung, Dimas Darmawansyah, S.T mengungkapkan bahwasanya di desa tersebut masih minim atau wadah yang dilakukan dan diberikan oleh pemerintah daerah setempat dalam upaya pengurangan dan pengolahan sampah plastik.
"Seperti halnya unit tempat pengelolaan sampah terpadu dan 3R (TPST3R), bank sampah dan rumah kompos yang mengelola kertas, plastik dan kaleng," ungkap Kepala Desa itu.