Seorang penerjemah berkebangsaan Inggris bermukim di Brasil dan sangat aktif dalam kelompok pencinta lingkungan lokal dan internasional. Sebuah perusahaan mencari jasa penerjemah menemukannya terus-menerus memberinya tugas untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris segala terbitan Brasil tentang merokok. Seminggu sekali, datang satu paket fotokopi. Hampir seluruh isi paket berdasarkan penelitian ilmiah tentang bahaya merokok yang diselenggarakan di Brasil dan tempat-tempat lain. Sebagai orang yang benar-benar antirokok dan menentang industri rokok, wanita ini merasa senang dapat menerjemahkan teks-teks tersebut. Teksnya juga relatif mudah, banyak di antaranya berupa variasi ringan dari suatu surat kabar. Lagi pula, penghasilannya lumayan.
Namun, keraguan etis mulai mengganggunya. Siapakah orang dari negara berbahasa Inggris ini yang begitu berminat dengan tulisan orang-orang Brasil tentang merokok, dan seberapa kayanya orang itu sampai mampu membayar wanita ini untuk menerjemahkan semua tulisan itu ke dalam bahasa Inggris? Yang jelas, orang atau kelompok ini tidak sekedar berminat pada Brasil. Wanita itu hanyalah satu dari ratusan penerjemah di dunia ini, satu di setiap negara, yang juga disewa agen setempat untuk menerjemahkan semua tulisan tentang merokok di negara mereka. Siapa lagi pengguna-akhir terjemahan itu kalau bukan salah satu perusahaan rokok besar di Amerika Serikat atau Inggris?Â
Wanita itu mulai memperhatikan lebih cermat dan dengan menarik kesimpulan, akhirnya ia tahu bahwa pesanan itu datang dari sebuah perusahaan rokok terbesar di dunia yang bertanggung jawab atas kerusakan ribuan acre hutan hujan tropis Amazon untuk pengeringan daun tembakau, proyek kolonialis baru yang tak hanya mengacaukan ekosistem hutan hujan tropis, tetapi juga kehidupan ekonomi penduduk Indian Amazon. Lambat-laun keraguan etisnya berubah menjadi kebencian terhadap pekerjaannya: ternyata selama ini ia membantu perusahaan rokok terbesar di dunia untuk "memata-matai pihak lawan".
Seminggu kemudian, datang sebuah brosur enam puluh halaman yang ditulis seorang aktivis kelompok antirokok di Brasil. Brosur itu disusun dan ditulis dengan sangat baik, menyenangkan untuk diterjemahkan, dan diakhiri dengan sebuah permintaan dukungan dan penjelasan detail tentang beberapa cara yang digunakan perusahaan rokok untuk mengacaukan upaya mereka. Wanita ini tiba-tiba menyadari apa yang harus dilakukannya: ia harus memberikan terjemahan brosur tersebut yang dibayar oleh perusahaan rokok tadi-kepada kelompok yang sedang berjuang menentang sumber penghasilannya yang lumayan besar itu. Tindakan itu tak hanya akan membantu menyebarkan hasil penelitian mereka ke negara-negara berbahasa Inggris; penjualan brosur tersebut akan menjadi sumber biaya yang sangat mereka perlukan.
Jadi, ia menghubungi kelompok tersebut dan mengadakan pertemuan. Karena khawatir akan legalitas tindakannya, ia juga meminta bantuan pengacara kelompok itu untuk hadir dalam pertemuan dan menentukan kalau-kalau ada risiko yang mungkin ditanggungnya atau oleh kelompok itu. Dalam pertemuan itu, ia diyakinkan bahwa tindakannya menyerahkan terjemahan itu kepada mereka memang benar-benar legal, maka ia menyerahkan disketnya dan pergi.
Wanita itu tidak pernah menghadapi tuntutan resmi, tetapi ia tidak pernah lagi menerima paket dari agennya. Sumber penghasilannya serta-merta ikut menguap. Agaknya perusahaan rokok itu mempunyai mata-mata dalam kelompok antirokok tersebut, karena wanita itu tiba-tiba saja diberhentikan pada minggu yang sama, bahkan mungkin pada hari yang sama-bukan, katakanlah, saat brosur itu diterbitkan di Inggris beberapa bulan kemudian.
Mencari nafkah adalah kewajiban dan menjaga moral dengan meninggalkan kejahatan dan tetap teguh adalah kewajiban sekaligus perintah langsung dari tuhan YME. Bagi penerjemah dan pengelola jasa penerjemah hampir mengalami semuanya, disuruh, diminta dan bahkan dengan tekanan untuk memberikan terjemahan yang sesuai dengan kemauan pengguna jasa. Hampir dipastikan setiap penerjemah memiliki hati nurani yang selalu menilai perihal itu baik atau jahat, sedang dalam giliran yang sama penerjemah harus mencari cuan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Pertarungan semacam ini berakhir seperti apa akan ditentukan beragam faktor, tetapi yang paling determinan adalah kondisi batin seorang penerjemah dan kesadaran etis untuk tetap setia menjaga prinsip prinsip moral. Penerjemah merupakan manusia pada umumnya, kadang luput dari apa saja yang terlintas dalam hatinya, dan kadang melawan apa saja yang dipersepsikan jahat oleh hati nuraninya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H