Mohon tunggu...
Pendidikan Gratis Anak Indonesia
Pendidikan Gratis Anak Indonesia Mohon Tunggu... lainnya -

Peduli yatim, harapan bangsa, sedekah yang paling utama, infaq, bersihkan hati, indonesia mengajar, guru sekolah, rumah belajar, beasiswa, rumah baca, pelatihan, sumbangan, wakaf alquran, asrama sekolah, penyantunan, pembinaan, pemberdayaan, fasilitas belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Orang Gila

19 Maret 2014   22:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Sebenarnya tidak ada kepentingan apa-apa menulis tentang orang gila karena penulis yakin orang gila tidak akan membaca tulisan ini. Namun banyak orang mengistilahkan seseorang gila bukan pada tempatnya. Artinya dholim (menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya), tentu Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat dholim.
Istilah gila dalam al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai kitab sucipun juga membahas tentang fenomena celaan gila yaitu saat orang-orang kafir Quraisy memvonis dan menghina Rasulullah dengan berbagai stempel seperti penyihir, dukun, penyair dan gila. Hinaan gila adalah hinaan yang dianggap paling hina yaitu pembunuhan karakter dari orang yang disebut gila.
Kita dan orang-orang biasa kalau dikatakan gila tentu akan marah. Itu penjatuhan harga diri serendah-rendahnya dan menganggap orang tersebut sudah tidak waras dan normal sehingga perkataan dan perbuatannya tidak perlu diikuti. Itulah target mereka untuk menghentikan misi Rasulullah dalam mengemban amanah Islam.
Contohnya begini, coba kita rasakan jika kita sedang berjalan kemudian orang-orang dipinggir jalan berkata dengan sinis berkata, “Awas ada orang gila lewat” kemudian juga di mana-mana diumumkan bahwa kita adalah orang gila. Tentu sakit hati dan tersinggung berat.
Di sinilah Allah punya peran untuk mengklarifikasi dengan menurunkan surat al-Qolam berkat ni'mat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.
(Kamu sekali-kali bukanlah) hai Muhammad (orang gila, berkat nikmat Rabbmu) yang telah mengaruniakan kenabian kepadamu, dan juga nikmat-nikmat-Nya yang lain. Ayat ini merupakan jawaban terhadap perkataan orang-orang kafir, yang mengatakan bahwa Muhammad adalah orang gila dan sebenarnya yang gila adalah mereka yang tidak mau mengikuti ajaran Rasulullah.
Istilah Gila sebagai kekaguman
“Gila, sudah dikawal 5 pemain lawan tapi masih tetap bisa mencetak gol!”
“Dia memang gila, ide-idenya selalu cemerlang”
Kalimat di atas adalah salah satu contoh penggunaan kata gila tapi bermakna positif yaitu memuji. Di disebut gila karena memiliki kemampuan di atas kemampuan orang biasa.
Tentu orang yang disebut gila pada masalah ini, dia akan tersanjung dan tidak tersinggung bahkan munkin dia akan merasa bangga. Kegilaan di atas dianggap sebagai nilai kelebihan yang dimilikinya.
Orang Gila dan Orang Normal?
Kemudian banyak orang gila berkeliaran dengan berbagai ulah dan tingkah polahnya, menjadi bahan tontonan dan mainan anak-anak kecil. Kemudian ketika sudah banyak juga menjadi program pemerintah daerah setempat untuk mengamankan para orang gila tersebut. Apakah orang gila itu membahayakan, membawa virus menular dan meresahkan masyarakat sehingga harus disingkirkan? Di mana mereka berhak untuk hidup dan menikmati kegilaannya di dunia ini? ini bukan pembela orang-orang gila lho.
Jika dicermati dengan sekilas banyak yang unik dari orang gila. Orang gila adalah tidak waras, atau perilaku sangat aneh. Dalam pengertian tersebut berarti ketidaknormalan dalam cara berpikir dan berperilaku. Kemudian secara umum dan fisik bisa dikenali dengan rambut acak – acakan, badan tak terurus, kumal, pakaian apa adanya tidak mengikuti trend dan terkadang tanpa pakaian, berjalan dengan kekehan tanpa sebab sambil menggaruk – garukkan tangan ke kepala.
Namun rang gila tidak pernah berfikir yang muluk-muluk dan aneh-aneh yaitu tidak berfikir masa depan, rezeki, jodoh, hiruk pikuk dunia seperti politik, korupsi, bencana alam yang mengancam, kenaikan BBM, juga tidak pusing dengan BPK, KPK, UMR, UMK atau pengadilan. Bahkan tidak mikir nasibnya sendiri, sehingga mereka tidak stress, stroke atau jantungan. Istilahnya orang gila selalu menerima apapun pemberian Tuhan atau bahasanya qona’ah.
Tidak pernah menuntut macam-macam, berbeda dengan orang waras, punya bini satu, ingin poligami dua, tiga atau empat katanya menjalankan sunah. Sudah punya sepeda ini ingin beli motor, kemudian ingin punya mobil sampai kereta api. Sudah punya rumah satu, mau bangun real state, kemudian mau beli pulau segala. Akhirnya fikiran tidak tenang, tubuh kurus, jatuh sakit, mengidap jantung dan stroke akhir bunuh diri dengan berbagai cara.
Orang gila juga terlihat tenang. Tidur di mana, kapan dan bagaimanapun bisa nyenyak. Mau di pinggir jalan, trotoar, emperan toko, dalam rumah, di atas ranjangpun bisa tidur. Sementara banyak orang yang mengaku normal mengidap penyakit susah tidur, sehingga harus menelan obat tidur atau terapi tidur atau mendesaign tempat tidur khusus dengan alas tidur khusus dan alunan musik yang syahdu. Jadinya mereka aneh dan tidak normal tidurnya.
Orang gila selalu nampak bahagia. Salah satu bukti kongkritnya mereka selalu tersenyum dan tertawa menghadapi kerasnya kehidupan. Padahal banyak orang hari ini sulit tersenyum apalagi tertawa bahkan untuk tertawa harus membayar dengan mendatangkan pelawak atau komedian. Orang yang selalu tersenyum hatinya damai, kalau hati sudah damai, apapun kan terasa nikmat & indah.
Kemudian untuk urusan makan juga mereka tidak ada alergi atau tantangan tertentu.
Sehingga makan tidak harus memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Bahkan sisa-sisa makanan orangpun tidak ada masalah baginya. Fisik mereka sehat dan kuat, tahan dari berbagai penyakit, virus dan bakteri. Sementara orang-orang yang mengaku dirinya sehat, kena hujan sedikit saja sudah demam sehingga harus berlindung dengan payung atau mantel. Mudah terkena penyakit kalau salah makan, kurang minum, kurang istirahat atau makanan harus steril.
Orang gila menganggap apapun sebagai hiburan. Entah itu fitnah, salah lapor, cacian, makian, ejekan, pelecehan, pencemaran nama baik atau hinaan. Semuanya dianggap angin lalu saja, cuek dan tetap tersenyum tanpa beban, tidak pernah sakit hati dan tidak ada dendam dalam hatinya. Berbeda dengan orang waras, diejek sedikit saja sudah jengkel, jiwanya sensitif dari kritikan, mudah tersinggung, kecewa, sakit hati, marah, terus tawuran antar kampung antar fakultas mahasiswa, antar sekolah. Sehingga heboh jadi bahan berita dan bukankah itu mencari penyakit dan hati yang sakit.
Sehingga siapa sebenarnya yang sehat dan yang gila itu????? Semoga yang membaca tidak menjadi gila dengan senyum sendiri sambil garuk-garuk kepala??? Wallahu a’lam bish shawwab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun