Mohon tunggu...
Kamarudin Rakmah
Kamarudin Rakmah Mohon Tunggu... Rakyat Biasa -

Artikel pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pendidikan Indonesia Berparadigma Informasi

22 Januari 2016   00:25 Diperbarui: 16 Juni 2016   15:09 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pendidikan Indonesia Berparadigma Informasi"][/caption]

Anda tentu pernah mengenyam bangku sekolah. Berbagai Mata Pelajaran yang telah Anda tempuh seperti matematika, IPA, IPS, dan lainnya. Mungkin sampai saat ini masih mengingat apa yang telah diajarkan oleh guru Anda ke pada Anda. Bahkan ada yang sama sekali tidak diingat. 

Di sekolah kita sering belajar tentang alam, ekonomi, dan budaya. Guru mengajarkan kita di dalam kelas tentang tsunami mislakan, guru berceramah tentang kejadian tsunami mulai dari apa penyebabnya sampai kedampaknya. Guru memberikan paparan tentang itu semua di depan kelas tanpa sama sekali ada pemberian gambar contoh tsunami. Setelah itu tidak ada tindak lanjut dari guru.

Dalam ujian sekolah maupun sekolah juga dalam soal yang diberikan adalah dallam bentuk soal pilihan atau disebut juga soal objektif (mengingat). Ini terlihat seperti penagihan ingatan pada siswa atas apa informasi yang telah didapat.

Kejadian di ataslah yang dinamakan pendidikan berparadigma pada informasi. Jika anda bertanya kenapa? Karena jelas terlihat kejadian diatas bahwa guru hanya memberikan paparan tentang tsunami. Paparan tersebut tanpa diberikan suatu gambar contoh tsunami. 

Pendidikan yang seperti itulah yang sering kita temui disekolah-sekolah kita saat ini. Dimana anak menjadi korbannya. 

Selama ini pendidikan kita jarang mengembangkan teori bahkan membuktikan teori saja mungkin itu sangat jarang. Maka tidak heran sampai sekarang di Indonesia banyak sarjana yang dalam karya tulisannya memuat begitu banyak teori-teori kutipan dari para ilmuan. Sehingga pantas perpustakaan di Indonesia adala perpustakaan yang berisi buku hasil kumpulan kutipan para ilmuan. tentu ini adalah pengaruh dari pendidikan kita. Anak jarang untuk diajarkan berfikir dan mengembangkan pola pikir dan kreativitas mereka. 

Saran saya adalah sebaiknya pendidikan dalam sekolah lebih menghargai pemikiran peserta didik dari pada pemikiran para ahli. Setiap teori yang di ajarkan harus dapat dibuktikan dengan studi lapangan maupun eksperimen, serta peserta didik diajarkan untuk menemukan pengetahuan baru dalam hasil praktiknya baik itu eksperimen dan studi lapangan. 

Dengan begitu harapan yang ingin dicapai adalah terbentuknya Sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan imajinatif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun