Mohon tunggu...
Pendi Susanto
Pendi Susanto Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Penulis Buku, Pegiat Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Misteri 'Mokusatsu' : Hancurnya Hirosima dan Nagasaki

8 Agustus 2023   05:27 Diperbarui: 8 Agustus 2023   18:41 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

78 tahun yang lalu, kita semua tentu tahu betapa dahsyat efek dan dampak yang ditimbulkan dari bom atom yang dijatuhkan di Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang menjelang akhir Perang Dunia II. Tepatnya pada 6 Agustus 1945 (Hiroshima) dan 9 Agustus 1945 (Nagasaki). Tercatat sekitar 140 ribu korban tewas di Hiroshima dan sekitar 90 ribu warga tewas di Nagasaki akibat radiasi bom nuklir paling mengerikan itu.

Little boy (bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima) seberat 4.000 kg mampu meluluhlantakkan Hiroshima dalam tempo tidak lama. Kota itu akhirnya rata dengan tanah. Ribuan warga sipil meregang nyawa karena terkena radiasinya. Penderitaan serupa terjadi saat Fat Man (bom yang dijatuhkan di Nagasaki) menghancurkan kota tersebut pada 9 Agustus 1945. Bom seberat 4,5 ton itu membawa dampak radioaktif hingga 20 kilometer dari lokasi penjatuhan bom nuklir yang menimbulkan awan cendawan yang terkenal tersebut.

Sengatan yang luar biasa membuat banyak warga setempat yang meregang nyawa karena luka bakar stadium sangat tinggi. Korban yang selamat pun belum lepas dari penderitaan, yakni menderita leukemia, penyakit akibat dampak radioaktif, dan banyak penyakit lainnya.

Tahukah bahwa peristiwa ini ada kaitannya dengan masalah bahasa atau komunikasi? Sempat dikabarkan bahwa sebelum menjatuhkan bom atom, AS pernah mengultimatum Jepang untuk menyerah setelah kekalahan demi kekalahan yang diderita di perang Asia Pasifik. Saat itu Jepang menjawab: "Mokusatsu!"

Kata tersebut diterjemahkan militer AS yang dipimpin Jenderal Douglas MacArthur sebagai "Jangan memberi komentar sampai keputusan diambil" yang kemudian dicari padanannya sebagai "no comment" Pihak militer AS menganggap jawaban itu adalah bentuk pembangkangan dan pengabaian. Padahal, arti kata "mokusatsu" adalah "Kami akan menaati ultimatum tuan tanpa komentar" Dan kesalahpahaman ini membawa dampak luar biasa bagi dunia tentang tragedi bom nuklir yang sangat mengerikan itu.

Kita bisa mengambil pelajaran bahwa perlunya menguasai `bahasa' dengan baik. Pesan dari sebuah pilihan kata, tidak hanya tergantung pada makna, tetapi pesan bisa dipengaruhi oleh medium (kata). Marshall Mcluhan merangkumnya dalam satu kalimat menarik: the medium is the message. Selain itu, penting juga untuk melihat kondisi sosial dan psikologis dari penggunaan istilah yang kurang tepat. Kata bukan hanya alat komunikasi, tetapi kata bisa menggerakkan seseorang. Maka dari itu, bahasa yang digunakan dalam kebijakan seharusnya memberikan rasa optimis, penghargaan, bukan perasaan frustasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun