Demokrasi ternyata bisa sakit, bahkan mati juga bisa. Dan sekarang demokrasi kita sedang sakit. Sakit akibat ulah parpol. Parpol tidak mengingini demokrasi kita sehat, oleh sebab itu mereka akan terus mengusahakan bagaimana supaya demokrasi sakit. Jika demokrasi sakit, maka peranan parpol menjadi penting, oleh karenanya parpol akan berusaha  membuat demokrasi terus sakit supaya parpol selalu dianggap penting.
Demokrasi kita menganut sistem perwakilan, rakyat diwakili oleh wakil mereka yang dipilih  lewat pemilu melalui  parpol. DPD kemana? DPD hanyalah hiasan demokrasi supaya terlihat demokrasi kita sudah maju seperti Amerika. Apa sih manfaat DPD yang sudah kamu rasakan?
Benar, rakyatlah yang memilih. Masalahnya pilihan rakyat ini tidak bisa menyuarakan suara rakyat yang memilihnya. Melalui fraksi di setiap tingkatan, suara rakyat dikebiri, disetir agar sesuai dengan kepentingan parpol. Jadi, rakyat hanya memilih selanjutnya parpollah lewat fraksinya di legislatif yang berkuasa atas mereka.
Lha, kan mereka punya hak menyuarakan suara rakyat?
Kata siapa, coba saja kalau berani beda dengan maunya parpol? Siap- siap direshufffle, diPAW seketika.
Memang keberadaan fraksi ini sudah pernah diuji di MK, namun sayang MK pun saat itu  tidak punya niat untuk mengobati demokrasi kita. Mereka maunya demokrasi tetap sakit, supaya mereka punya kerjaan menguji produk-produk yang dihasilkan oleh kumpulan fraksi fraksi ini. Entahlah kalau MK yang sekarang, itupun kalau ada yang mau mengujinya kembali.Â
Untunglah ada Ahok & Teman Ahok. Tetnyata demokrasi kita masih bisa diobati. Mengobatinya tentu dengan mencari akar penyebabnya dan itu sudah ketemu. Hasil analisa  dokter politik menyebutkan bahwa penyebab sakitnya demokrasi kita adalah parpol. Fenomena Ahok tanpa sengaja memunculkan wacana deparpolisasi, walaupun sudah dikoreksi, namun hal itu telah mengkonfirmasi rakyat bahwa memang demokrasi kita membutuhkan terapi, dan terapi itu bernama deparpolisasi. Jika kamus mengatakan deparpolisasi itu adalah pengurangan parpol, itupun ok-ok saja, intinya bagaimana supaya parpol  tidak terlalu penting seperti sekarang ini, sampai -sampai demokrasi sakit hanya memikirkan ulah parpol.
Apa yang salah dengan parpol?
Banyak. Parpol telah disalah gunakan, katanya kedaulatan anggota namun faktanya adalah kedaulatan pimpinan parpol. Kedaulatan anggota sangat bisa dibeli di pasar Munas atau Munaslub. Jadi siapa yang mampu beli, maka suaranyalah yang menjadi suara parpol dan  kemudian seperti koor mereka menyebutnya suara rakyat.
Tidak heran kita mendapati parpol sering mengulah. Partai wong cilik menjadi partai wong gede, partai ngakunya bersih menjadi partai makelar, partai golongan menjadi partai milik pribadi. Dan tanpa malu-malu mereka mengatakan semua itu merupakan aspirasi rakyat. "Aspirasi nenek lu!" Kata Ahok.
Nah jika MK tidak juga mau mengobati demokrasi kita, maka  sampai kapanpun demokrasi kita tidak akan pernah sehat. Pimpinan parpol selalu punya kepentingan, dan kalau sudah bicara kepentingan maka kepentingan rakyat pasti belakangan. Presiden NKRI saja mereka sebut Petugas Partai, intinya NKRI tidak lebih penting dari partai.