Mohon tunggu...
Pende Lengo
Pende Lengo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi UNG

Gadis Gingsul Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lilin yang Terakhir Padam

4 Maret 2024   00:07 Diperbarui: 4 Maret 2024   00:12 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lilin udah dinyalakan. Api menari dibiarkan. Kecil memang kelihatan. Tapi besar dengan kenangan.

Bertukar raga denganmu adalah hal konyol. Bertukar jiwa apalagi, itu mustahil. Bertukar takdir hanya menambah yang batil. Tapi bertukar cerita bergambar di temaramnya cahaya lilin denganmu lebih menyenangkan dari adanya ponsel. 

Di setiap Jum'at sore adanya bertukar buku alih alih mendengarkan materi. Menuangkan segala yang tampak random tak henti. Menyambungkan dengan materi sembari waktu menghabisi. Dan tersenyum kagum pada visual cerita masing-masing tanda kelas selesai.

Ketegasan yang membumi. Kejujuran yang menghiasi. Keberanian yang menguasai. Ketulusan yang senantiasa membersamai.

Tak banyak memang harapan. Hanya ingin lilin itu jadi yang terakhir padam. Agar kita bisa memenuhi lembar gambaran. Lantas mewariskannya pada generasi peradaban.

Gorontalo, 3 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Harsa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun