Kampung halaman yang sangat aku cintai
Dengan ini kutuliskan surat untukmu. Bukti cinta dan rindu atas segalanya yang telah kau berikan padaku di masa kecil sampai sekarang. Terima kasih telah menemani aku tumbuh dan berkembang. Aku harap kau masih akan lestari lebih lama lagi agar aku bisa tersenyum bahagia mengenang masa masa yang sudah aku lalui bersama denganmu.Â
Mengingat kenangan bersama kau yang masih sejuk sangat indah sekali. Kicau kicauan burung di pagi hari seraya dengan kokok ayam sangat menentramkan. Angin sepoi-sepoi dari pepohonan juga tumbuhan sangat luar biasa meninabobokan tidur siang. Langit biru di atas sana lebih sering aku lihat tersenyum. Lahan lapang banyak sering aku injak dan lari larian sepuasnya kadang lupa waktu.Â
Namun sekarang semuanya tampak berbeda, kau telah banyak dimiliki oleh pendatang. Kicauan burung dan kokok ayam berganti suara genset yang terdengar tak bersahabat. Jangan tanya ke mana angin sepoi-sepoi itu, mereka tak datang lagi karena pohon dan tumbuhan nyaris habis dibabat oleh pemikiran kota. Langit biru di atas tak tahu lagi bagaimana perasaannya, aku sulit membaca tatapan itu kini. Lahan tak bisa lagi aku injak karena di sana banyak sekali pondasi hunian dan gedung yang telah disulap oleh waktu.
Benar-benar membuat aku rindu kala mengenang semua. Apalagi dengan semua memori masa kecil bersama kau. Namun waktu tak bisa diulang kan, aku sadar kalau kau semakin senja kini. Semoga aku bisa terus menjadi bagian untuk bersama kau selamanya.Â
samber thr Kompasiana tahun ini. Semoga aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk bisa menjaga kau dengan segala kelestarian yang masih tersisa.
Demikian dengan berakhirnya surat ini, maka berakhir pula program maraton tantangan
Terima kasih untuk Kompasiana atas program 30 hari ini. Untuk seluruh Kompasianers yang penuh inspirasi dengan segala ceritanya. Dan seluruh pembaca setia dengan dukungan dan apresiasinya.
Sekian salam sehat selalu.
Dinda Shafiyah aka Pende Lengo
Gorontalo, 30 April 2023Â