Allahumma inni as'aluka ridhoka wal jannah wa'audzubika min sakhathika wannar
Yaa Allah, sesungguhnya kami memohon keridhoan-Mu dan surga, dan kami berlindung dari murka-Mu dan siksa neraka.
Alhamdulillah 3 hari tuntas berpuasa di bulan Ramadan ini. Semoga tetap diberikan kelancaran dan kemudahan untuk sama sama meraih ridho dan rahmat-Mu Ya Rabb.
Seperti biasa untuk konten THR, aku akan menulis kisah yang kelak akan menjadi pembelajaran hidup ke depan selanjutnya. Akan dikenang dan dibaca kembali sambil meneteskan air mata. Tidak lain dan tidak bukan tentu saja. Kisah tarawih.
Terima kasih atas antusias pembaca Kompasiana yang terus mengapresiasi dan mendukung satu sama lain. Pun juga kepada para Kompasianers yang tak henti menginspirasi dan menyumbang ide ide yang sangat luar biasa.Â
Oke kita masuk ke kisahnya ya, masih di sini di kamar yang sesungguhnya lowong, dingin karena tadi hujan cukup deras dan menyimpan beribu sejuta kenangan, aku juga akan bercerita tidak banyak dengan kisah yang membuatku terdiam cukup lama saat mendengar sebuah kabar itu.Â
Ga apa apa ya kalau ceritanya di mulai dari subuh biar agak runtut dan bisa mengingat terus suatu saat nanti. Seperti biasa aku shalat subuh, jadi langganan ketemuan sholat subuh itu si Tiwi, pas abis shalat nanya nanya bentar lah aku, cuman gak sinkron ni otak sama mulut, yang mau di tanya di mana malah keluar apa, duhh kan tadi pengen nanya di mana kakaknya soalnya kakaknya itu dah gak pernah kelihatan lagi dua tahun ini, jadi agak penasaran, ehh malah nanya sekolah.
Terus hampir agak siang aku beresin teras depan, dapat kabar duka yang tak kalah menyayat hati. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un... Ustad, bapak guru aku waktu Aliyah di pondok, papa dari Eha kawan lama aku waktu SD meninggal dunia. Mengembuskan napas untuk terakhir kalinya, yang kudengar sih beliau memang sudah sakit. Turut berduka ya kawan. Allah sangat menyayanginya sampai memanggilnya tepat di bulan Ramadan yang penuh kemuliaan.
Selepas kabar itu sampai di kupingku, tak berapa lama kemudian turun hujan sangat deras seakan langit Tuladenggi dan Telaga Biru sekitarnya ikut bersedih akan kepergiannya. Sungguh beliau adalah orang baik.
Oke lanjut untuk kisah tarawih, jadi tadi tu seperti biasa aku pergi sholat tarawih di tempat yang masih sama tapi imamnya tadi ganti. Aku terlalu sedih hingga kurang memperhatikan lagi kawan lama mana yang sekiranya ada, bahkan sang pamungkas kemarin saja tak begitu ku kentara lagi kalau itu benar dia atau salah.  Kalaupun salah setidaknya tidak ada sajadah yang menyerupai miliknya kan, setelahnya aku hanya bergumam dengan keanehan perubahan menonjol akan dirinya. Menebak-menebak sebenarnya siapa. Ya mestilah ada people change, cuaca aja berubah masa' manusia tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H