Mohon tunggu...
Irwan Fecho
Irwan Fecho Mohon Tunggu... Politisi - Pendekarst Sangkulirang

Sabar dan Syukur

Selanjutnya

Tutup

Politik

Islam & Demokrasi (Beda Jalan)

12 Oktober 2016   00:50 Diperbarui: 12 Oktober 2016   00:53 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramai sekali gaung pilkada Dki Jakarta kali ini. Gaungnya hampir menyamai gaung pilpres 2014 kemarin. Ini sebuah pertanda baik bagi penikmat demokrasi. Itu sama saja artinya bahwa demokrasi tumbuh baik di negeri ini.

Semingguan ini republik penuh dengan huru hara akibat pernyataan dari Ahok yang secara sekilas saya maknai dengan tidak yakinnya Ahok dengan dirinya sendiri. Dia merasa akan kalah dengan kedua pesaingnya. Disaat kedua calon lain tidak bicara di isu ini justru Ahok sendiri yang terus memunculkannya.

Sebenarnya bagi saya pribadi membawa Al Qur'an dan seluruh tafsirannya dalam sistem demokrasi Indonesia adalah hal yang sangat keliru (yang ini saya tidak buka ruang untuk diperdebatkan). Karena bagi saya sistem pemerintahan demokrasi dan sistem pemerintahan Islam adalah sebuah garis jelas antara pemerintahan aturan manusia dan pemerintahan Allah.

Dalam sebuah negara demokrasi seperti Indonesia maka siapapun anak bangsa berhak memilih dan dipilih menjadi pemimpin. Jadi bagi semua warga negara penikmat demokrasi maka perdebatan boleh tidak muslim dan non muslim menjadi pemimpin harusnya sudah tidak perlu ada pembahasan.

Menjadi beda masalahnya saat Ahok mengatakan bahwa masyarakat dibohongi dengan ayat Qur'an untuk memilih pemimpin maka itu sangat jelas kasusnya adalah penistaan agama. Bagaimana mungkin ayat suci tuhan mengandung fungsi ganda sebagai alat kampanye kebohongan padahal semuat ayat suci agama apapun tentunya bagi pemeluknya adalah sebuah kebenaran mutlak.

Jadi jelas sekali bahwa dalam sistem demokrasi siapapun anak bangsa, apapun agamanya berhak jadi pemimpin negeri ini, mengenai ajakan para ulama agar memilih pemimpin yang seagama dan tidak memilih non muslim sebagai pemimpin itu tentunya bukan SARA tapi menyampaikan ajaran agama sama dengan himbauan pendeta, rahib, tokoh agama untuk memilih pemimpin yang seiman. (http://nasional.kompas.com/read/2016/10/10/11122041/megawati.sedih.isu.sara.warnai.pilkada.dki)

Saya dengar Ahok sudah minta maaf maka harapan nnya kasus seperti ini tidak terjadi lagi kedepannya. Selamat kepada 3 calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Selamat bertanding merebut hati warga Jakarta.. dan bagi penulis demokrasi itu bukan tujuan hanya senda gurau belaka karena untuk aman sejahtera di dunia dan bahagia selamat di akhirat maka tegakkanlah agamaNya.. Islam dengan segala sistemnya.

Tabe'..

IF

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun