Mohon tunggu...
Gilang WahyuWicaksono
Gilang WahyuWicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Iseng-iseng menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Tangguh

3 November 2022   21:41 Diperbarui: 3 November 2022   21:52 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore ini selepas pulang kuliah ketika hendak masuk ke bilik kontrakan saya lupa mengisi token listrik yang hampir habis setelah semalam suntuk terus berbunyi. Tadinya di jalan sudah berniat untuk mampir ke ATM mengisi saldo m-bangking namun setelah sampai di kontrakan baru teringat. Karena khawatir mengganggu tetangga sebelah akibat bunyi bisingnya, saya segera meminta tolong ibu saya untuk mengisi saldo sebesar lima puluh ribu. Karena ibu gaptek dan tidak bisa mentransfer akhirnya saya bilang 'nanti saja bu nunggu ada orang di rumah'.

Ketika saya bersiap mandi, ibu saya mengabari bahwa dia akan mengisi token listrik di konter saja sembari menawarkan kuota pulsa. Saya menolak dan bilang ke ibu kalau konternya jauh tidak usah bu nanti saja, namun beliau berkata 'tidak ndung (panggilan mesra dari ibu), dekat kok'. Setelah percakapan itu saya segera mengambil wudhu sebab gema adzan magrib sudah terdengar.

Ketika saya acap takbiratul ihram, mendadak mata saya berkaca-kaca mengingat ibu. Saya merasa selalu menaruh beban di pundaknya. Bahkan untuk sekedar mengisi token listrik saya harus membuatnya berjalan kaki menuju konter. Ibu saya memang selalu khawatir terhadap kondisi anaknya. Harusnya perkara seremeh ini saya tidak harus meminta tolong kepadanya.

Teringat ketika saya meminta izin untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya sempat berdiskusi dengan ibu saya dan beliau mengizinkan dengan catatan saya harus mandiri untuk membiayai perkuliahan. Namun kesepakatan itu hanya berjalan singkat tetap saja saya harus merepotkan nya sebab masa kerjaku yang sudah kadaluwarsa.

Tempo hari saya sempat berdiskusi kembali tentang perkuliahan dengan ibu. Saya berkeluh kesah apakah bisa untuk melanjutkan kuliah. Ibu saya menenangkan saya seraya berkata 'tenang ndung uang yang kamu kasih ke ibu selama ini masih cukup buat biaya kuliahmu, jangan khawatir'. Walau begitu tetap saja itu haknya ibu, tidak etis saya menggunakannya bagaimanapun itu adalah hutang yang harus saya kembalikan.

Seorang ibu akan selalu menjadi penerang bagi anaknya. Dalam kondisi apapun beliau akan selalu berada disisi kita mendoakan anak-anaknya. Seorang ibu mampu menjadi tulang punggung walaupun sebetulnya tidak pantas menanggungnya. Kasih ibu sepanjang masa, cinta ibu abadi selamanya.

Cinta Ibu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun