Buku itu seperti menyanyi padaku saat kugenggam. Nyawanya seperti berserah di tanganku, kuhabisi atau kutangisi. Memoarmu seakan terpatri di situ, padahal aku tak pernah menuliskan namamu disana. Aku hanya mengingatmu ketika memeluk kalimat-kalimat cinta dan mengatakannya jujur di depan bayanganmu. Belahan jiwaku, hilangnya kunang-kunang yang selalu berpendar malam hari di taman belakang bukan salahmu. Mungkin aku yang kurang bisa merawatmu atau menghias taman yang kau sukai untuk kamu singgah. Selepasmu dari taman itu, aku tetap berdoa dengan mimpi-mimpi cahaya yang lebih terang disana. Nafasmu, sentuhanmu, binarmu, dan pelukmu masih tersimpan dalam buku yang tak pernah ada namamu
Eurica Stefany Wijaya
Untukmu yang disana
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H