Tiap kali pelaksanaan bersih desa, warga Tambakbaya selalu datang ke punden desa sambil membawa sesaji pisang setangkep. Ada keyakinan bahwa sesaji itu merupakan symbol upaya manusia menangkap berkah dari Yang Maha Kuasa.
Barisan perempuan paruh baya berjalan beriring menuju ke komplek punden Desa Tambakbaya, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Satu persatu mereka masuk ke dalam bangunan punden yang berada di belakang balai desa itu. Di tangan-tangan mereka, tampak terjinjing sebuah wadah berisi sesaji yang akan dipersembahkan kepada danyang penguasa alam gaib, yang bersemayam di punden tersebut.
"Syarat bagi yang memohon berkah di sini adalah membawa pisang setangkep (dua sisir), lalu kinangan (perlengkapan makan sirih), serta bunga. Nanti setelah didoakan, separuh dari sesaji itu ditinggal di sini, dan sisanya dibawa pulang," ungkap Mbah Cokro, juru kunci punden.
Asap kemenyan mengepul dan menyeruak menebarkan  bau khas yang cukup menyesakkan, pada saat yang bersamaan Mbah Cokro memimpin doa. Sesaji yang dibawa warga selanjutnya diangkat dan dijerang sebentar di atas asap kemenyan.  Mungkin agar doa yang sebelumnya telah dipanjatkan, benar-benar menyatu dengan sesaji tersebut.
Pisang setangkep yang dibawa warga selanjutnya diambil satu sisir, dan diletakkan di atas sebuah balai-balai yang dibuat di sisi atas bangunan punden. Pisang-pisang itu nantinya akan dikumpulkan dan disajikan lagi kepada para warga yang menyaksikan acara seremonial, pembukaan bersih desa Tambakbaya nantinya.
Prosesi ritual bersih Desa Tambakbaya memang akan selalu diwarnai pemandangan warga yang berbondong-bondong datang ke punden. Dan hal ini telah menjadi tradisi turun temurun dari warga desa yang berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo tersebut.
Pelaksanaan bersih desa itu sendiri dilakukan setahun sekali dan jatuh pada hari Jumat Kliwon di Bulan September. Kalau misalnya pada bulan September tidak ada hari Jumat Kliwon, maka pelaksanaannya diadakan pada hari Jumat Kliwon terdekat dengan bulan September. Karena itulah, para warga Tambakbaya yang berada di perantauan, pasti akan pulang untuk sekedar caos dahar, atau mengirim sesaji kepada Ki Lurah Gunowijoyo atau Ki Ageng Wiroguno, danyang penguasa punden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H