Mohon tunggu...
Ahmad sholeh
Ahmad sholeh Mohon Tunggu... -

Ketua IMM Jakarta Timur, Pegiat Laskar Penulis Ikatan, Pegiat Komunitas Lestari Batikku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia is Beyond Help!

29 Agustus 2016   22:29 Diperbarui: 29 Agustus 2016   23:20 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menuliskan secarik gundah dan gelisah, secarik keresahan yang tak kunjung redanya, segumpal asa yang mungkin masih tersempil di dada, untuk negara yang tak henti menitikkan air mata rakyatnya, untuk negara yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, yang melambungkan begitu tinggi cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya, “Indonesia is Beyond Help” (Indonesia takkan tertolong lagi).

Indonesia takkan tertolong lagi, ungkapan yang begitu pesimistis ini saya temukan dalam sebuah dokumen, yang dikutip Buya Syafii dalam bukunya “Islam dalam Bingkai Kemanusiaan dan Keindonesiaan”. Bahwa benar, kita tidak boleh sepesimistis itu, lantas mengambil kesimpulan bahwa Indonesia akan punah, bahwa Indonesia akan lenyap dimakan kerakusan, bahwa Indonesia akan hilang, tak berbekas lagi.

Siapa sangka, negara yang kita banggakan ini telah jenuh oleh persoalan-persoalan kemanusiaan, perselisihan ras, suku, dan agama. Kerap kali kita temukan saling serang antarwarga, antarkampung, antarpendukung klub sepak bola, antarpelajar, antara pemerintah dengan rakyat, antara dosen dengan mahasiswa, lalu di mana kita taruh otak kita? untuk bangsa yang sebesar ini, yang malah kita hanya mengacak-acak, bukan membangunnya. Lalu masihkah kita berkata Indonesia masih bisa tertolong?

Pendidikan hanyalah ilusi, yang ada hanya transaksi mengesampingkan humanisasi. Belum lagi berbicara teknologi, kita sudah disuguhi pornografi dan pornoaksi dari para pejabat, yang sukanya merayu para biduan. Belum lagi kegaduhan politik yang tak kunjung berhenti, sementara rakyat terus-terusan merintih, menahan lapar dan sakit. Hiburan jadi santapan, tidak kenal waktu siang dan malam, semua ramai menyuguhkan pembodohan, tak heran generasi muda kita kelimpungan. Di mana mencari pegangan? di mana mencari tuntunan? lalu, masihkah kita berkata Indonesia masih bisa tertolong?

Buya Syafii menegaskan bahwa, “Menyelamatkan bangsa adalah tugas dan kewajiban kolektif semua warga, tanpa kecuali.” Tidaklah menjadi kewajiban sebagian pihak saja untuk membangun dan membenahi. Melainkan tugas seluruh elemen bangsa. Namun, dengan fondasi yang cukup bobrok ini, masihkah Indonesia bisa berdiri tegak menahan pengeroposan dari dalam tubuhnya sendiri?

Selamatkan Indonesiaku

Belum lagi, jika bicara soal cukong-cukong kapitalis yang tak hentinya menindas dan menggerus kehidupan masya-rakat Indonesia. Saban hari, kepentingan asing terus masuk dengan gencarnya melalui celah-celah dinding kita yang makin keropos. Dan kita, hanya bisa berdiam diri menonton drama perampokan itu. Sampai habis harta dilumat para cukong dan penjilat. Sampai tak lagi tersisa harta benda di bumi kita. Masihkah Indonesia akan tertolong? Pertanyaan ini masih harus pula kita renungkan dalam-dalam di lubuk hati kita masing-masing.

Ancaman terbesar bagi NKRI

Sekiranya kita dapat memahami, persoalan apa yang membelenggu negeri ini. Pertama, runtuhnya moralitas masyarakat. Kejujuran di negeri ini adalah barang mahal. Terlalu banyak pembual di negeri ini. Pejabatnya gemar menebar sensasi. Belusukan dan pencitraan menjadi jati diri.

Moralitas kita semakin digerus oleh tontonan-tontonan yang tidak mendidik, perilaku elite politik yang kekanak-kanakan, dan bangunan tradisi yang ‘lebih barat dari Barat’ atau ‘lebih arab dari Arab’. Tentunya, ini dapat kita refleksikan secara mendalam. Bangunan moralitas kita harus dilandasi fondasi yang kokoh. Fondasi agama, fondasi budaya, dan fondasi konstitusi.

Maraknya kasus pelecehan seksual, kriminalitas, narkoba, pembunuhan, dan sebagainya tentunya cerminan bahwa bangsa kita masih memiliki penyakit moral. Penyakit moral ini yang perlu kita obat. Bukan hanya menyalahkan sistem dan proses pendidikan di sekolah, melainkan juga aspek-aspek pendidikan di luar sekolah, seperti keluarga, lingkungan, pergaulan, dan tontonan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun