Mohon tunggu...
Dede Rahmattuloh
Dede Rahmattuloh Mohon Tunggu... -

mahasiswa tingkat injury time, Live in Bekasi - Jakarta, Born in Serang City, Thinker and Writer, Education, motivation, Islam. lulus dari Pondok Pesantren Daar El Qolam ,Tangerang Banten. "Agama Islam Pasti Benar Tapi Pemahaman anda tentangnya mungkin Salah"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Taqwa dalam Hubungan Sosial

18 Maret 2017   00:56 Diperbarui: 18 Maret 2017   10:00 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah anda merasa kurang menyukai sesuatu pada diri seseorang, terlebih dia adalah kawan dekat anda ?  lumrah saja jika anda ingin memberikan sekedar masukan agar ia bisa menjadi lebih baik sesuai dengan keyakinan diri kita dan justru sikap diam (cuek) adalah bukti ketidakpedulian anda padanya. Namun terkadang tak selalu semudah kenyataannya karena sering kali ada salah metode penyampaian sehingga terjadi salah penafsiran dari masukan itu lalu yang terjadi malah tidak membuat kedua belah pihak lebih baik dari sisi masing-masing personal maupun dari sisi kualitas hubungan pertemanan keduanya.

Saya sering kali bertanya pada diri saya sendiri tentang apa yang harus saya perbuat dan katakan pada teman saya tentang sesuatu hal yang saya rasa kurang baik pada dirinya. Siang ini, saya terinsprirasi oleh khutbah jum’at saat sang khotib menyampaikan bahwa Taqwa adalah SOLUSI, yang kemudian saya artikan bahwa agama memiliki jawaban atas segala pertanyaan dan masalah di dunia, sebagaimana agama mewajibkan hijab agar menjadi solusi bagi wanita khususnya dan manusia pada umumnya, Maka hal-hal lain yang dianjurkan oleh agama baik dalam Al-quran ataupun Hadits tentunya merupakan solusi bagi manusia.

Jika kembali pada masalah awal tulisan ini yaitu tentang menasehati teman mungkin termasuk dalam masalah sosial keislaman, dimana kita akan teringat sebuah hadits nabi Muhammad S.A.W tentang tuntunan bagaimana muslim yang baik bersosial dalam hubungan sesama manusia terlebih sesama muslim

الْمُؤْمِنُ مِرَآةُ أَخِيْهِ، إِذَا رَأَى فِيْهِ عَيْباً أَصْلَحَهُ
“Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri saudaranya, maka dia memperbaikinya.”

Mari kita garis bawahi dulu bagaimana menjadi cermin?, bukankah cermin selalu jujur?, saat kita menunjukan wajah yang buruk padanya maka cerminpun akan menunjukan wajah yang buruk, siapapun anda dan yang muncul tetap wajah bukan kaki ataupun bagian lainnya. Masalah berlebihan atau tidak adalah tergantung bagaimana cerminnya, jika ia cermin datar (normal) maka dia merefleksikan ukuran yang sama, jika ia cermin cekung refleksinya akan lebih kecil dan sebaliknya pada cermin cembung akan terrefleksi lebih besar, jadi jika anda suka meremehkan orang lain mungkin anda cermin cekung (hahaha).

Dari hadits dan sifat cermin tersebut, saya menjadi cermin bagi anda, saya akan memberikan gambaran bagaimana diri anda dan tentunya saya akan berusaha menjadi cermin datar agar merefleksikan gambaran yang sesuai bentuk aslinya. Begitulah kesimpulan yang otak ini dapat jangkau dari tuntunan yang diberikan Rasulullah S.A.W, Wallahua’alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun