Asal mula
Nama aslinya bukan Mbah Liem, bahkan tidak ada sama sekali unsur Liem pada nama aslinya. Nama asli pria asal Klaten, Jawa Tengah ini adalah Amir Kamadoko. Namun bagaimana nama Mbah Liem itu melekat bahkan menyatu dengan dirinya? Beliau seorang seniman tari atau malah seniman serba bisa. Ia merantau ke Jakarta pada tahun 1974 an dengan tujuan utama untuk menjadi artis terkenal. Untuk mewujudkan impiannya, ia senang singgah di berbagai sanggar seni di Jakarta secara berpindah-pindah. Tujuannya sering berpindah-pindah sanggar agar bisa menimba ilmu dan energi dari banyak sanggar yang memang memiliki spesialisasi yang berbeda-beda.
Ayah dua anak ini berani merantau ke Jakarta sambal membawa serta impian besarnya tersebut karena di Jawa Tengah, ia sering kali juara dalam lomba yang berhubungan dengan menari, bermain drama. Beliau pernah juara I menari tingkat Keresidenan Kedu, Kodya Magelang, Kabupaten Temanggung dan Juara II tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dan memang sejak remaja bakat seninya sudah sangat berkembang. Beliau juga sempat sesanggar dengan penari Didik Ninik Towok.
Tetapi apa boleh buat impiannya tidak juga terwujud, meski dia telah berusaha habis-habisan dan total. Lalu untuk menyambung hidupnya di Kota Jakarta yang banyak tantangan ini, dia harus rela bekerja apasaja. "Kalau mau makan, ya harus kerja" Katanya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Titik Balik
Suatu hari, ketika pak Amir nama asli dari Mbah Liem ini melakoni pekerjaan sebagai pemulung dan melintas di pusat industri Pulo Gadung, Jakarta Timur, beliau melihat seseorang sedang membakar sampah. Pak Amir lalu memerhatikan dengan cermat jenis sampah yang orang tersebut bakar. Ternyata, itu adalah kain-kain sisa pembuatan jok mobil atau sofa. Melihat kain-kain tersebut langsung terbangun pemikiran kreatifnya. Ia meminta izin untuk mengambil limbah kain tersebut.
Mbah Liem sadar betul bahwa ia hidup dari limbah, yang bagi banyak orang merupakan barang tak berarti. Namun beliau yakin bahwa bagi dirinya sangat bermanfaat dan sudah dibuktikan. Beliau membuka rumahnya menjadi tempat ibu-ibu lingkungan RT dan karang taruna untuk belajar mengolah limbah dan menjadikan sampah menjadi produk bernilai ekonomi dan estetika tinggi. Rumahnya juga kerap ramai dikunjungi anak-anak kuliahan secara berkelompok baik sekedar untuk ngobrol maupun untuk belajar mengolah limbah.
Kepada anak kuliah yang datang belajar beliau tidak hanya berbagi keterampilan, tetapi juga berperan sebagai motivator. Sama halnya ketika beliau berbicara dalam seminar-seminar yang diadakan di perusahaan-perusahaan besar seperti Bintang Toejoeh, Sari Ayu dan sebagainya. Beliau membuka wawasan dan pandangan para calon pensiunan untuk tidak takut pada saat mencapai kehidupan pasca pensiun.
Dengan melihat kegigihan perjuangan seorang Mbah Liem kami tergerak untuk melakukan pelayanan komunitas yang bertujuan untuk memajukan dan mengambangkan usaha dari UMKM Mbah Liem ini. Kami akan membukakan toko online seperti shopee dan Instagram untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. Kami menjadwalkan untuk 5 kali pertemuan untuk membekali Mbah Liem dalam mengelola toko onlinenya nanti.Â
Pada pertemuan pertama kami melakukan interview sebagai awal perkenalan asal mula terbentuknya UMKM Mbah Liem ini. Pada pertemuan kedua dan ketiga kita memeriksa tingkat penjualan dan menentukan target pasar. Dan kami menjelaskan peluang jika kita melakukan penjualan melalui online. Untuk pertemuan keempat dan kelima kami membuatkan dan mengajarkan cara berjualan melalui media social. Tahapan demi tahapan kami uraikan dengan jelas tetapi dengan keterbatasan pengetahuan tentang social media maka perlu waktu untuk proses pemahaman cara berjualan secara online ini. Yang tadinya biasa berjualan secara langsung tetapi saat ini bebeda yaitu berjualan tanpa harus bertemu langsung.
Harapan kami dengan diaktifkannya media sosial ini bisnis UMKM Mbah Liem ini akan semakin membuming dan memancing banyak peminat. Dan kami akan terus melakukan pendampingan UMKM Mbah Liem sampai kami nilai sudah dapat berjalan dengan stabil untuk penjualannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H