Fakta sosial hari ini dimana para pakar menyampaikan sesuatu lewat sosial media kemudian di kutip beberapa kata untuk di bagikan ke orang banyak seakan terlihat elegan
Dari setiap kata yang dibagikan banyak kalangan individu mengambil dan jadikan sebuah pola pikir yang instan tanpa adanya sikap skeptis dengan apa yang mereka serap
Point terpenting dari kebiasaan ini adalah membangun sebuah branding intelektualitas tanpa adanya pemahaman dasar yang mengimbangi
Membangun branding dengan sikap intelektualitas adalah hal yang dirindukan bagi para pemikir kritis, akan tetapi bisa di tegaskan lagi bahwa pemikir kritis mempunyai landasan teori dan praktik bukan hanya mengutip kata instan dari sosial media dan seakan merasa paling mengerti suatu realitas sosial yang terjadi
Mungkin banyak yang mengkritisi suatu hal yang terjadi dengan latar belakang bahwa negara ini adalah negara demokrasi apalagi di kalangan orang yang sering berorasi tanpa pondasi
Dengan adanya kebebasan berpendapat apakah pendapat dengan tidak dapat dipertanggung jawabkan bisa jadi sebuah opsi?
Arti dari tulisan ini hanya bisa mengajak masyarakat untuk mempergunakan kata demokrasi sesuai takaran dan landasan yang kita pelajari, ketika kita mengkritisi tanpa adanya sebuah pertanggung jawaban apakah layak untuk didengar?
ketika tidak didengar yang disalahkan siapa? pemerintah atau kemalasan kita dalam mendalami?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H