Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Masyarakat Berdaya, Indonesia Lestari

5 Agustus 2022   11:15 Diperbarui: 5 Agustus 2022   11:30 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep pembangunan yakni meningkatkan kesejahteraan manusia dalam arti luas, dalam membangun butuh proses, dan kadang berhasil, bisa juga gagal. Karena berproses itu mesti ada tantangan, hambatan atau sumbatan dari internal maupun eksternal bisa terjadi, dan semakin bisa menyelesaikan sumbatan yang ada maka semakin terlihat dampak kentaranya. Pemberdayaan menjadikan seseorang berdaya, saat dia berdaya, maka akan mampu dan mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan yang adaptif. Saat ada tantangan kemudian mereka mampu untuk mengerjakan dengan baik, maka sejatinya orang tersebut sudah siap untuk berdaya, namun disaat diberikan tantangan, kemudian orang tersebut minder, atau skeptis atas apa yang diberikan, maka sejatinya sudah merugi, baik dari pribadinya maupun kelompoknya. 

Pemberdayaan bukan dimaknai dengan rekayasa, karena dalam pemberdayaan itu ada nilai tambah atau nilai suatu proses, dan harus dijalani secara bertahap atau estafet, jika pemberdayaan dimaknai dengan simbol atau rekayasa atau asal bapak senang maka sejatinya pemberdayaan tersebut adalah instan.  Jika pemberdayaan dimaknai sebagai manajemen maka ada proses POAC yaitu planning, organiziting, actuating dan controlling artinya ada proses perencanaan, proses pengorganisasin, mengaktualisasi atau mengimplementasikan dan mengawasi apa yang sudah dilakukan dan membuat sebuah rencana ke depan agar ada evaluasi yang komprehensif. Namun sebaliknya jika apa-apa dimaknai dengan manajemen bakul bakso maka itu tidak dimaknai dengan pemberdayaan. 

Ada empat indikator yang bisa kita ukur dalam pemberdayaan, pertama adalah akses untuk pengembangan diri, kedua adalah partisipasi atau peranserta, ketiga adalah kontrol yakni ada pengawasan yang melekat, dan keempat adalah kesetaraan, bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan dalam mengaktualisasi perannya diberikan hak yang sama, yakni bisa berpendapat, berekspresi dan mengaktualisasi. 

Ketika bicara kemiskinan, maka jargon yang kita inginkan adalah berdayakan mereka, dengan cara mengurangi penduduk miskin dan meningkatkan kualitasnya. Caranya adalah melibatkan warga masyarakat dengan mengorganisir potensi yang ada melalui penguatan basis akar rumput. Kedua, permudah akses warga masyarakat pada sumber pendanaan, ketiga, sadarkan mereka menyadarkan warga masyarakat harus dari masyarakat itu sendiri, mereka harus dirubah perilakunya, yakni kejujuran, kemanusiaan, kebersamaan, gotong royong, keadilan sosial, ketiga berikan bantuan teknis baik personel agar terdidik dan terlatih karena belajar harus terus menerus, kalau ada yang perlu di Amati Tiru dan modifikasi (ATM) atas keberhasilan. 

Saat melakukan pemberdayaan, maka perlu pelibatan lintas sektoral baik dari hulu dan hilir, namun mereka juga harus diberikan kejelasan akan tanggungjawabnya, karena keputusan masing-masing yang dipecahkan akan berujud pada kegiatan yang mendukung akan upaya pemberdayaan secara komprehensif. Pendekatan pemberdayaan harus dipahami sebagai strategi bukan tujuan. Strategi bersifat dinamis bukan statis. Sedangkan melakukan inovasi atas strategi yang dibangun sangat penting, sehingga akan menemukan teori pemberdayaan baru pada saat sudah mengimplementasikan sebuah kebijakan. 

Tidak ada kata terlambat dalam melakukan upaya pemberdayaan, semakin mereka paham, dan mau untuk merubah tatanan kehidupan yang lebih baik, maka sejatinya mereka sudah mulai menata pemberdayaan. Namun saat anda apatis dengan kondisi daerah dan tidak melakukan apapun dari pikiran, tenaga, dan modal sosial maka semakin terpuruk kondisi masyarakatnya, dibutuhkan model gerakan berdaya. Perlu banyak dukungan gerakan-gerakan masyarakat untuk pemberdayaan secara holistik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun