Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanggul Kritis Kalipemali, Lapor ke Siapa

1 Maret 2021   20:39 Diperbarui: 1 Maret 2021   21:08 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanggul Kritis (Dok Kusairi)

Rumah dekat tanggul menjadi khawatir ketika debit air naik terlebih lagi kalau musimnya hujan, bisa berpotensi jebolnya tanggul. Tanggul bisa semakin tipis atau kritis karena tekanan arus yang tinggi, lama kelamaan tanah langsung erosi, walhasil sedimentasi air pun semakin bertambah.

Jika tanggul kritis, pastinya warga juga was-was apabila jebol tanggul, namun upaya awal tetap harus dilakukan, dengan cara kerja bakti menaruh pasir atau urugan yang dimasukkan ke dalam karung lalu di tumpuk dan dikasih penjepit bambu agar kondisi tanggul darurat kuat untuk menaham beban air yang meluas dan sangat kencang arusnya.

Jika pakai kekuatan dana swadaya pastinya tidak sebagus dan sekuat pakai dana dari provinsi atau pusat, karena jika ada tindakan dari Provinsi biasanya pakai alat berat dan dana yang ditaruh dalam penataan tanggul akan semakin kokoh dan hasilnya juga bagus.

Maklum tenaga mesin dengan tenaga manusia jelas sangat berbeda, alat berat ditaruh dan operasional diberikan maka bisa saja tanggul jadi memiliki kekuatan yang lebih bagus dibandingkan dengan tanggul darurat.

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten saling berkoordinasi untuk membuat tanggul yang kokoh dan inilah yang pentingnya melakukan asesment awal kebutuhan untuk penataan tanggul yang kritis, agar bisa nyaman dan aman saat musim penghujan, debit air tinggi tapi tanggul masih kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun