Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rembug Kemiskinan Lewat Buttom Up Planning

3 Januari 2021   10:48 Diperbarui: 3 Januari 2021   10:57 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok seputarilmu.com

Ketika kemiskinan di desa didiskusikan secara rutin lewat focus group discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai.

Kemiskinan, menjadi momok bagi daerah, karena harus di kurangi angka kemiskinan di daerahnya, jangan sampai semakin bertambah, apalagi muncul pengangguran kentara dan pengangguran terstruktur. Pastinya dampak covid-19 banyak perusahaan yang mengalami pasang surut, karena terjadi penurunan omset yang sangat drastis. 

Terlebih lagi mereka yang hidup di garis kemiskinan, maka harus mencari peluang yang bisa memberikan nafkah untuk keluarganya, disatu sisi mereka kehilangan pekerjaan. Kebijakan bansos bagi warga miskin terdampak covid-19 tetap terus dilakukan, karena jika tidak di lakukan akan mempersulit pemulihan ekonomi warganya. 

Mereka yang hidup di desa juga harus berpikir yang luar biasa, misalkan pekerja hiburan atau mereka yang bekerja di dunia musik sejak ada covid-19, maka ada pelarangan hiburan dan ragam protokol kesehatan yang membikin mereka merugi karena order persewaan alatpun semakin hilang, sudah sepi harus berganti usaha. 

Namun dalam kesusahan pasti ada solusi yang harus ada dipecahkan, salah satunya adalah para kades melakukan sebuah diskusi intens bersama dengan kades yang lain terutama dalam upaya penanggulangan kemisminan, Kades butuh ada support yang kontinu dan berkesinambungan terutama dengan kehadiran dan keterlibatan Organisasi Perangkat Daerah baik itu Provinsi maupun Kabupaten. Mereka diajak untuk membantu memecahkan warga di wilayah kerjanya. 

Akan berbeda dengan model top down, OPD yang mengundang Kades maka jika ini dilakukan tidak secepat jika para kades yang masuk desanya sebagai desa zona merah lalu melakukan FGD rutinan dengan mengundang OPD yang ada, dan mencari peluang apa hanv perlu di intervensi. 

Pada pertemuan FGD para kades bisa sharing ilmu dan pengalaman terbaiknya, bagaimana mereka melakukan aksi dan reaksi untuk kepentingan terbaik dalam upaya pengentasan kemiskinan. Semisal membahas tentang Pola Pemberdayaan Masyarat yang tepat pada saat covid-19, bagaimana mekanisme luring dan daring. Pastinya masyarakat harus di ajak untuk berkomunikasi, saling tolong menolong dan saling bekerjasama. 

Selain itu, desa dalam mengatasi pendidikan bagi warganya, ini juga harus di pikirkan, apalagi menciptakan lingkungan yang sehat dan ada perubahan karakter masyarakat untuk tidak sinterklas, tapi mau dan mampu memanfaatkan potensi yang ada baik SDM maupun SDA desanya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun