Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengki Itu Atosnya Hati

31 Desember 2020   16:30 Diperbarui: 31 Desember 2020   16:49 2209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dengki ( Dok. aktualitas.id)

Pernahkah anda melihat di sekitar anda, ada orang yang selalu iri dengan kita dalam hidup sehari-hari. Saat ada orang lain memperoleh nikmat yang luar biasa diberikan kekayaan yang banyak, lalu kita tidak merasa iri atau kadang bilang orang yang sugih itu, kayaknya punya jampi-jampi, atau punya gaib dengan meminta selain kepada Allah bahasa kerannya adalah nyupang. 

Saat ada temanya kena musibah maka kita merasakan sedih, berusaha untuk memotivasi hidupnya, dan mendoakan semoga penderitaa n serta dosa kesalahannya diampura. Saat seperti itu rasanya hidup sangat berarti dan tidak ada sifat kebencian yang bersemanyam dihati. 

Bayangkan saat anda mengalami persoalan hukum tentang waris misalnya, dimana anda digugat oleh ahli waris, lalu dendam kusumat bergejolak, gara-gara kalah sidang dan merasa hak anda sebenarnya ada tapi diambil saudaranya, maka akan ada perasaan dengki menyertai anda, bahkan terkadang akan muncul perpecahan keluarga dan imbasnya putus tali silaturahmi di antara keluarganya. 

Seseorang yang menyantet orang lain sejatinya itu perasaan dengki yang bergejolak, akhirnya merasa bangga ketika orang yang disantet kemudian mati, dan tidak merasakan salah ketika perbuatan dilakukan dengan membayar orang lain lewat mbah dukun. 

Dengki yang membara akan menjadi masalah yang berbahaya, bahkan kalau hatinya sudah atos maka akan tertutupi kebaikan yang ada. Semua orang yang menurutnya itu lawan atau dianggap jelek akan di anggap sebagai orang yang jelek dan salah terus. 

Rasa permusuhan yang tumbuh dan berakar akan membuat hatinya tandus, dan tidak dapat menyuburkan rasa kasih sayang dan kedamaian, gelap mata akan terjadi pada dirinya, ia tidak akan melihat kebajikan seseorang, dan akan membesar-besarkan kekurangan orang lain. 

Perilaku seperti ini sebenarnya di cela oleh Islam, jangan sampai kita ini terjerumus ke dalam perangai dengki, maka sholatlah setiap waktu, dan berwudhulah karena itu adalah obat mengurangi dengki, kita harus taobat dan berpasrah kepada Allah SWT, bahwa hidup ini hanya sementara, cuma ampiran yang nantinya semua perbuatan kita dan harta benda yang kita miliki dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun