Kalau ada pasar Induk, atau di area trotoar atau di tempat strategis yang mudah dilihat oleh orang umum disitulah lokasi yang cocok untuk menampilkan barang antik untuk ditawarkan.
Mereka yang punya hobi sebagai kolektor barang antik pastinya akan merawat semua barang yang pernah dibelinya, bahkan dijadikan pajangan dirumah, saatnya barang antiknya sudah bosan, dan butuh murah maka dijual murah, apalagi kalau kemudian pindah rumah baru, maka barang yang sekiranya berat dan bikin merusak pemandangan dirumah barunya, alternatifnya adalah dijual.
Bagi yang paham itu barang antik, maka harga tidak lagi sesuai dengan harga pasaran, apa yang ditawarkan sang kolektor, akan dibeli, bahkan ada juga kolektor barang antik rela merawat barang antiknya walaupun dengan biaya mahal, nantinya saat dijual harus ada keuntungan, namun ada juga yang merugi.
Semua barang antik jika dirawat dengan baik, maka akan tampil elegan, bahkan sepeda onthel yang klasikal dan masih original atau asli akan dibelinya bukan dengan jutaan tapi sudah puluhan juta, bisa saja seharga motor baru dari dhealer.
Para kolektor yang masih terbatas dananya akan mencari barang antik di pasar loakan atau diorang yang butuh, tapi karena paham bahwa itu adalah barang antik sehingga mau membelinya, wajar saja jika ada penju barang antik dalam menjual akan memberikan informasi barang tersebut dari sisi usianya, tingkat mistisnya, nilai seninya, dan ragam keaslin dari produk yang dijual.
Barang antik itu ragam bentuknya ada juga barang antik seperti kendaraan roda empat zaman belanda, ada juga tempat lampu zaman era sebelum kemerdekaan, termasuk kolektor uang tempo doloe, bahkan ada rumah makan pun suka dengan desain unik tempoe doloe, sehingga kalau di kasih accesoris produk zaman dulu seolah-olah mengenang zaman kemerdekaan atau zaman dimana masih ada penjajahan belanda yang ratusan tahun.
Di Mekah saja ada museum barang antuk, dimana ditaruh di tempat khusus sebagai referensi bagi jamaah umroh dan haji kalaj ingin lihat barang antik zaman awal kabah di bangun, alat minum zaman nabi, miniatur sumur zam-zam dan lainnya, sehingga mereka yang melihatnya bisa merasakan dan melihat barang tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H