Gerobak sampah harus ada di setiap pondok pesantren karena setiap hari santri putra dan putri pasti membuang sampah di tong sampah, kalau tidak dibuang ke Tempat Pembuangan sampah (TPS), maka akan menjadi masalah yakni bau sampah, banyak laler dan lingkungan juga tidak baik dengan sampah yang tidak ditangani dengan baik.
Namun sebaliknya, saat ponpes punya armada, punya gerobak sampah, ada jadwal piket dan ada lokasi TPSnya, kemudian santri harus di edukasi dengan baik, sehingga budaya untuk hidup bersih terpatri pada mereka, akhirnya lingkungan terjaga bersih dan sehat.
Gerobak sampah modalnya tidak banyak, bisa ke tukang las ya langsung jadi, termasuk bisa minta bantuan kepada donatur atau kepada Dinas Lingkungan Hidup, atau misalkan lewat CSR dimana ada yang berminat untuk donasi.
Terkadang gerobak sampah juga ada yang tidak tertarik, mereka memilih kendaraan tosa, kenapa memilih tosa karena mudah sampah yang diangkut dan dibuang ke TPS, tidak usah didorong atau ditarik seperti gerobak, karena pakai pertalite atau bensin langsung leceng kaya kendaraan roda empat.
Tosa juga menjadi andalan bagi Dinas Lingkungan Hidup untuk memberikan bantuan kendaraan kepada desa, bahkan beberapa Bumdes juga membeli tosa untuk Bumdes pengelolaan sampah.
Tak ada yang rugi jika bisa mengelola sampah, karena sampah itu bisa diolah dengan baik maka akan menghasilkan keuntungan yang banyak, bahkan sekarang banyak pengusaha yang mengais rejeki dari pengolahan sampah, seperti misalkan barang bekas kiloanbditerima lalu dijual lagi, ternyata bisnis seperti ini juga menarik dan menjamur, artinya ada untungnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI