Zaman dulu, era 90-an memanen padi di sawah dengan alat ani-ani (alat untuk memanen padi), atau cengkrong (alat potong padi). Alat ini digunakan sebagai sarana mempermudah untuk memotong padi yang siap panen, satu hektar dibutuhkan beberapa orang untuk memanennya, dan banyak yang diuntungkan, karena memberdayakan buruh tani, dan sangat ramah lingkungan.
Seiring perkembangan tahun, muncul peretan atau alat memisahkan gabah, dimana tetap tenaga pemetik padi di sawah, tenaga yang dibutuhkan juga bantuan kaki seperti model mengayuh becak, dan ini digunakan sebagai sarana untuk memisahkan gabah dengan tanaman padi, biasanya dikumpulkan dulu kemudian nanti akan di bakar atau diambil untuk pakan ternak.Â
Perkembangan teknologi sekarang ini muncullah mesin alsintan, menggunakan bahan bakar agar mesin tersebut jalan, tenaga yang ada sangatlah sedikit, satu hektar padi cukup beberapa jam saja sudah habis dan gabahpun cepat terpisah dan masuk ke dalam karung, sehingga sehari dengan satu atau dua orang saja bawa alat ini sudah bisa menghasilkan efisiensi ongkos tenaga kerja termasuk ongkos produksi.Â
Bagi pemilik lahan, tentunya ini sangat membantu, namun bagi buruh tani ini menjadi ancaman, karena pemilik sawah yang lahannya luas, dipastikan akan menggunakan tenaga alsintan, dampaknya buruh tani semakin terpinggirkan.Â
Selain itu, pemilik mesin ini jelas diuntjngkan, kalaupun pemilik mesin ini adalah kelompok yang difasilitasi oleh bantuan negara, tapi jelas beberapa warga yang mengandalkan fisiknya sebagai buruh tani semakin berkurang lapangan pekerjaan, sisi lain banyak anak buruh tani akhirnya mencari pekerjaan lain karena bekerja di sektor pertanian dianggap tidak menguntungkan.Â
Ada juga keluhan yang terjadi di pedesaaan terutama pemilik modal, sekarang ini mencari bagi hasil untuk tanaman padi sangatlah tipis, apalagi jika mengandalkan upah buruh yang semakin naik, padahal biaya produksi dan obat-obatan untuk merawat juga dangat tinggi, sedangkan harga jual hasil bumi di sektor pertanian sering tidak ada kepastian.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI