Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kebijakan WFH, Anak Semakin Dekat Belajarnya

18 September 2020   13:50 Diperbarui: 18 September 2020   13:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WFH ( Dok https://pixabay.com/ )

Belajar sangat penting bagi anak, alasannya utama untuk memberantas kebodohan sehingga anak semakin berkualitas, semakin rajin belajar, maka Semakin bertambah wawasan mereka, Kebijakan di daerah dengan WFH bagi orangtua yang bekerja, akan menambah dekat orangtua dengan anak dalam belajarnya, namun semakin banyak bekerja orangtuanya apalagi sering keluar kota, maka anak semakin dekat dengan PRT dan mba google. 

Semua pembelajaran bagi peserta didik saat pandemi ini dengan virtual, yakni tidak lewat tatap muka, sehingga semua anak pun semakin banyak berada di rumah dibandingkan harus bermain di luar rumah, walaupun ada sebagaian anak yang membandel misalkan di kehidupan pedesaan, saat pembelajaran lewat daring dianggap kaya liburan saja, jadi dikerjakan selesai, terus langsung bermain. Namun bagi anak-anak di wilayah perkotaan, pastinya pengawasan orangtuanya sangatlah ketat, terlebih lagi jika rumahnya berada di pusat keramaian, khawatir nanti ada apa-apa dengan anaknya. 

Baca juga Kuliah Daring Hingga UN, Ini 5 Kebijakan Pendidikan Masa Darurat Corona

Pastinya dari kebijakan daring seperti ini, akan muncul anak temuan anak tidak putus sekolah, anak rentan sekolah akhirnya tidak melanjutkan sekolah, dan kesan anak malas belajar juga akan menyertainya. Kebijakan sekolah online bagi orangtua juga menambah beban yang tinggi, karena anaknya harus dibelikan handphone, apalagi ketika anak tersebut tidak berada di rumah bersama orangtua, karena anak berada di salah satu pondok pesantren, dan dipondok pesantren pun belum siap melayani setiap anak memiliki handphone. 

Padahal handphone juga mahal, sehingga orangtua harus menyiapkan pengeluaran barunya, kalau dipondok pesantrennya menyatu dengan lembaga pendidikannya, relatif tidak begitu pusing, karena anaknya sudah disediakan oleh pihak lembaga dan sivitas santrinya juga berada di kompleks tersebut termasuk guru ngajinya dan beberapa guru kelasnya. 

Namun akan berbeda lagi, ketika di pondok pesantren tidak menyatu dengan sekolah dimana anak tersebut belajar, maka harus ada interaksi yang luar biasa antara sekolah, pengurus pondok, dan anak yang belajar itu sendiri. Disinilah orangtua juga harus menyadari betapa pentingnya peran orangtua dalam menghadapi pandemi corona seperti ini. 

Baca juga di Efektifitas Pembelajaran daring di masa pandemi 

Sepertinya, akan lama pembelajaran daring di masa pandemi ini, seiring dengan meluasnya data paparan covid-19 di sejumlah kab/kota, yang tadinya hijau berubah menjadi merah, sehingga Pemerintah Kab/kota harus mengambil kebijakan, seperti contoh ASN mulai diberlakukan WFH di Brebes sejak senin, 21 September 2020 artinya dari sisi keuntungan bagi anak-anak yang sedang belajar adalah mereka bisa dekat dengan orangtuanya karena bekerjanya orangtua ada di rumah, sehingga kalau bertanya tentang mata pelajaran sekolah pun cepat terjawab, bayangkan jika kedua orangtuanya bekerja jadi ASN semua, maka anak mau berkonsultasi dengan siapa, apakah dengan PRT nya, atau harus dengan mbah google, ini juga dilemati, belum lagi kalau kemudian rumahnya jauh dari jaringan WIFI Telkom, maka berapa kuota yang harus dikeluarkan oleh mereka, ingin mirah menjadi malah bertambah mahal pengeluaran bulanan setelah ada covid-19. 

Anda bisa baca juga Kebijakan mengukur efektifitas belajar daring 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun