Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sebuah Pilihan Beli Buku Baru/Bekas atau Baca di Perpustakaan Digital

14 September 2020   15:57 Diperbarui: 14 September 2020   16:37 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi mahasiswa baru atau yang lama, pastinya akan berpikir ulang untuk membeli buku baru, apabila dana yang dikasih sama orangtua sangat terbatas, namun kalau pihak dosen dengan dalih tertentu misalkan mereka yang membeli buku akan dapat nilai bagi yang punya buku baru maka akan berbeda hasilnya, bisa saja mahasiswa tersebut jadi beban, bisa saja melatih mahasiswa untuk mencari buku bekas atau cari buku di loakan. 

Bagi daerah yang punya lokasi kampus besar seperti di Bandung, Jakarta, Malang, Semarang, Solo, Yogya dan Ibukota Provinsi maka akan mudah mencari lokasi buku bekas tapi ada yang dapat kondisi baru ada juga yang sudah kusam, tentunya harganya akan berbeda.

Beli buku baru pastinya bisa di toko buku, atau bisa saja supermarket modern yang menjual buku baru seperti di gramedia atau fasilitas lainnya, asalkan lokasi banyak referensi pastinya akan memudahkan bagi mhasiswa untuk beli buku referensi kuliah.

Saat dulu saya kuliah, referensi beli buku ya ke malang dan surabaya sama yogya. Naik bus dan membeli referensi buku dosen, wajar jika saat pulang ke kampung halamannya bukunya banyak binget, kaya jadi perpustakaan koleksi aja. Namun seiring dengan digitalisasi sekarang ini, kita ini dimanjakan dengan adanya perpustakaan digital. 

Di perpusnas, perpusda ada banyak koleksi, kita bisa pinjam secara online, tentjnya ini menjadi peluang bagi dosen dan mahasiswa untuk belajar membaca referensi, jurnal ilmiah atau buku-buku tertentu, selain murah bisa bac sepuasnya, hanya saja kita tidak bisa mempunyai buku dalam bentuk buku, kita hanya menyimpan file unduh. 

Bahkan sekarang di telegram ada juga group khusus perpustakaan literasi dimana kita bisa bertanya buku yang dicari, nanti admin group tersebut akan memberikan umpan balik. wajar jika group ini ramai dengan anggotanua karena banyak manfaat yang di dapat.

Era tahun 90an belum ada internet, baru pakai aplikasi WS, dan belum ada handphone, wajar jika mahasiswa saat itu harus mencari langsung buku-buku referensi dosennya, mereka sengaja harus mendatangi dan membawa  lokasi buku bekas, bahkan sebagian dana bulanan untuk makan dan minum harus lebih hemat, minimal dengan berhemat bisa membeli buku yang ada. Kalau saat kuliah kurus wajar, karena harus belajar dengan tekun, harus berbagi waktu dengan membaca buku dan kitab kuning. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun