Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Siklus Hidup Manusia

9 September 2020   21:54 Diperbarui: 30 April 2021   17:30 11291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
siklus hidup (infoglobalkita.com)

Siklus hidup manusia adalah siklus dimana kita akan mengalami masa tertentu hingga ajal kita selesai sesuai kontrak dengan sang maha kuasa. Usia yang kita lalui sejak dalam kandungan, jadi bayi, terus baduta, batita, balita, hingga masa pertumbuhan anak sampai lulus wajar dikdas. Usia 7-18 tahun. 

Saat usia masuk pubertas kita juga mengalaminya, baik itu tanda pubertas pria maupun perempuan. Semuanya ini diberikan tanda oleh Gusti Allah SWT, bahwa di masa itu kita diberikan sesuatu tanda yang luar biasa. 

Seorang perempuan menstruasi dan nantinya menjadi remaja putri, dengan fisik pertumbuhan dan perkembangan terus meningkat dan ada perubahan akan fisiknya. 

Emosi juga labil sehingga jati diri dan tingkat kepercayaan untuk memilah dan memilih sisi yang positip dan negatif kadang berimbang, tergantung komitmen pribadinya dan keluarganya untuk mengawasinya termasuk lingkungan sekitarnya.

Masa berikutnya seorang perempuan untuk berpasangan, artinya tahap ini perempuan menjadi catin atau calon pengantin, disinilah muncul keluarga yang diikat dengan ikatan pernikahan yang sah menurut syariat.

Perempuan ditakdirkan untuk hamil dan setia merawat janin kandungannya hingga 9 bulan, saat itu butuh asupan gizi baik bagi ibunya atau janinnya, termasuk mendapatkan kasih sayang dari suaminya.

Saat melahirkan bisa di layanan kesehatan, atau kadang ada juga di rumah tidak keburu ke yankes lalu brojoli. Semua ini pasti ada tantangan dan hambatan. Ibunya terus merawat anaknya bersama suaminya, hingga anaknya tumbuh sehat dan ceria.

Ibu dan Bapaknya di saat tertentu juga hamil lagi dan punya anak lagi, begitulah iramanya. Namun saat sudah menopause istri sudah tidak bisa hamil lagi, kita masuk tahap lansia, rambut beruban dan ciri ragam lainnya. Hingga akhirnya kita harus menjadi simbah dengan mempunyai cucu dan putu, menjadi keluarga bani. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun