Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

ATS Belajar Lagi, Ingat FMPP Kabupaten Brebes

6 Juli 2020   08:13 Diperbarui: 6 Juli 2020   08:22 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ATS kembali bersekolah ( Dok Herwanto)

Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) hadir di Kabupaten Brebes mempunyai tugas untuk mendata Anak Tidak Sekolah di Desa, Mengembalikan ATS ke Sekolah dimana mereka diterima, Mendampingi ATS disaat sudah belajar kemudian tidak mau ke sekolah lagi alias drop out, dan Menggalang sumber dana dari pihak ketiga disaat ATS ini sedang bermasalah pada persoalan pembiayaan, misalkan orang tuanya meninggal dunia, ataupun broken home, akhirnya anak tersebut menjadi kesulitan dalam biaya uang saku dan lainnya saat mau belajar ke sekolah. 

Mereka ini adalah para pejuang yang tak kenal lelang, lahir dari sebuah kepedulian warga untuk mendukung dan memastikan anak tidak sekolah di kampungnya kembali bersekolah, sehingga ending dari sebuah kepedulian mereka adalah tidak meninggalkan warisan bangsa yang lemah, mereka harus berkualitas dan mendapatkan hak pendidikan secara baik dan berkelanjutan. 

Sumber data yang digunakan oleh para penggerak pendidikan ini berasal dari data Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat ( SIPBM) dimana Pemkab Brebes memiliki data by name by address pada tahun 2020, dari data ini nanti FMPP Desa akan mengetahui nama anak yang tidak sekolah per RT atau RW. Mereka memastikan anak tersebut apakah akan sekolah kembali atau tidak dan memastikan dalam setiap tahun ATS itu berada di lingkungannya atau sedang berada di luar kota untuk bekerja. Pegiat pendidikan ini memberikan nama Rekonfirmasi yang artinya menanyakan kembali status ATS apakah sekolah atau tidak, tentunya datang ke rumah masing-masing ATS dan menanyakan kepada keluarganya baik itu kepada anaknya, orang tuanya maupun saudaranya. 

Rekonfirmasi ini ada di data SIPBM, namun bisa saja ditemukan ATS baru diluar data SIPBM, karena data berjalan sehingga perlu ada update, sedangkan di SIPBM update data hanya setiap 2 tahun sekali, karena faktor keterbatasan anggaran di desa. Pemkab Brebes memperkenalkan konsep rekonfirmasi dengan aplikasi ODK Collect sebuah aplikasi untuk memudahkan para pegiat pendidikan ini dalam melakukan rekonfirmasi dan pendataan data baru ATS di desa. 

Memastikan anak sekolah, FMPP harus menanyakan administrasi siswa tersebut, apakah sudah mempunyai Administrasi Kependudukan, jika memang lengkap  maka lanjutkan ke pilihan sekolah yang diminta, apakah ke satuan pendidikan formal atau non formal, saat anak ini sudah tidak bersekoah selama 2 tahun, rekomendasi berdasarkan pengalaman di lapangan, sebaiknya ATS tidak dimasukan ke lembaga formal tapi ke non formal (PKBM) alasannya, anak ini sebelumnya sudah terkontaminasi lingkungan yang kadang bernuansa negatif, disatu sisi emosional anak yang sudah berbeda dengan teman sebayanya, sisi yang lain, anak ATS rata-rata sudah merokok, khawatir nanti mengganggu anak formal karena perbedaan usia di kelas tersebut. 

Mengembalikan ke sekolah ini terkadang juga mudah, juga sulit, misalkan disaat anak ini tidak memiliki dokumen adminduk, karena faktor orang tua tidak punya surat nikah, karena nikah siri, atau bisa juga orang tuanya menikah lagi, ayahnya menikah lagi, ibunya menikah lagi, akhirnya anak ikut dengan simbahnya atau neneknya. 

Terlebih lagi jika anak ini cuek dengan dokumen yang dimiliki, saat ijasah ditanyakan mereka bilang masih di sekolah asal karena tidak membayar biaya, termasuk saat mau sekolah terkendala pada transportasi dari rumah ke sekolahnya karena jauh dan aksesnya berada dipegunungan yang kanan kirinya itu jurang, termasuk orang tua tidak bisa memberikan uang jajan tiap harinya. 

FMPP ini adalah relawan pendidikan, mereka hadir tidak dibayar tiap bulanan, makanya sangat berbeda hasilnya, ketika para relawan ini mendapatkan support dari dukungan APBD terutama untuk mengganti biaya transport dalam menjalankan tugasnya, jika ini tidak ada dukungan yang kuat dari pemangku kebijakan, maka kinerja mereka juga terkadang naik turun, karena kebutuhan hidup keluarganya bagi mereka juga menjadi alasan utama untuk terpenuhi, dan menjadi relawan pendidikan menjadi pendukung hidupnya untuk membantu sesuai kemampuanya, disinilah perlu dipikirkan bagi para pemangku kebijakan, anggap saja bila itu terjadi pada diri anda, kemudian diminta untuk membantu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, namun tidak didukung pada proses pembiayaan maka saat diminta targetting jelas berbeda hasilnya dengan ada support atas pembiayaan transport dan honor. 

Mereka yang masuk dalam tim FMPP di desa adalah orang-orang yang peduli persoalan warganya, mereka biasanya berasal dari para guru, karang taruna, ormas NU, ormas Muhamadiyah, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, LSM, ataupun Media yang mereka ingin berbakti untuk negeri dalam rangka ikut mencerdaskan generasi masyarakat selanjutnya melalui pengembalian anak ke sekolah, jangan sampai ada anak usia sekolah 7-18 tahun tidak sekolah, nanti akan menjadi beban ganda bagi desanya. 

SK FMPP Desa ditetapkan oleh Kepala Desa, jika di FMPP Kecamatan maka SK dari Camat, termasuk dari FMPP Kabupaten ditetapkan melalui SK Bupati, masing-masing memiliki tugas yang sama hanya berbeda wilayah kerjanya. Keberhasilan FMPP di desa diketahui dari pemahaman baseline data ATS di desanya, ada target untuk mengembalikan ATS tiap tahun, ada dukungan dana dari Pemerintah Desa melalui dana desa, dan memilikki sekretariat untuk berkoordinasi. Mereka juga bisa bekerjasama dengan sekolah baik formal dan non formal, bahkan ada beberapa FMPP Desa yang merintis di desanya dengan mendirikan PKBM, sekolah vokasi, dan kerjasama dengan BLK Komunitas. 

Semoga amaliyah para pejuang pendidikan ini menjadi amaliyah yang baik dan bisa membantu daerah dalam akselerasi Indeks Pembangunan  Manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun