Rukun yang dimaksud adalah suatu keadaan dimana suasana ada dalam keadaan selaras, tenang dan tenteram tanpa ada konflik, bersatu dengan satu tujuan untuk saling membantu. Mereka berusaha tidak saling mengganggu
demi keselarasan.Â
Dengan kata lain diharapkan bahwa prinsip ini diterapkan dalam segala bidang kehidupan. Suatu keutamaan yang sangat dihargai orang Jawa adalah kemampuan untuk mengatakan hal-hal yang tidak enak secara tidak langsung. Sikap ethok-ethok (pura-pura) nampaknya sangat berharga demi menutup aib, dengan harapan keselarasan dan menghindari terjadinya
konflik.
Selain diatas, dalam etika Jawa, F.M. Suseno mengutip pandangan Hildred Geertz, yang mengatakan bahwa sikap hormat itu tercapai melalui tiga perasaan yaitu wedi, isin dan sungkan. Ketiga sifat wedi (takut), isin (malu) dan sungkan (enggan) merupakan satu kesatuan sifat yang harus dimiliki oleh orang Jawa dalam menghadap kepada orang lain.
Dalam hal ini F.M. Suseno merumuskan ke dalam etika kebijaksanaan Jawa yang mengutamakan rasa, sebab menurut kesadaran Jawa, bertindak sesuai dengan norma-norma moral bukanlah perkara kehendak, melainkan pengertian. Siapa yang berhasil mengambil jarak terhadap unsur-unsur lahiriah dan menenangkan batinnya, ia telah mencapai rasa yang benar, dan dengan sendirinya akan bertindak benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H