Adat yang baik saat jelang lebaran di kampungku Brebes Berhias yaitu nyadran, suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur. Semua keluarga besar Simbah datang ke makam keluarga, lalu dipimpin oleh Pak dhe memulai mengenalkan satu persatu ini makamnya siapa, dengan harapan anak, cucu, dan putu paham nama-nama identitas yang berada di makam keluarga, dan bisa melanjutkan ritual seperti ini lalu berdoa bersama dengan membacakan yasin dan tahlil dan memberikan tabur bunga di semua makam yang ada disitu. Secara turun temurun dilakukan sejak zaman simbah, hingga sekarang masih terus berlanjut.Â
Pada pengajian Bidayatul Hidayah, nasehat KH. Subhan Makmun selaku Pengasuh Ponpes Assalafiyah Brebes, bahwa ada dosa yang bisa dilebur oleh manusia setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahun sekali. Mereka yang sholat rutin tiap hari berarti dosanya dilebur setiap hari, jika dosa kepada manusia karena kesalahan, maka bisa minta maaf kepada orang tersebut, maka leburlah dosanya antara manusia dengan manusia, saat dosa harian anda mau dilebur maka sholatlah, karena disitulah cara anda bertobat kepada Allah SWT.Â
Berikutnya adalah Dosa mingguan bisa dilebur antara suami istri yaitu saat hari jumat, yaitu pada hari jumat selesai, kemudian suami pulang dari jumatan lalu istri menyambutnya lalu bersalaman dan seraya mengatakan, suamiku (Abah/Abi/Ayah/Bapak/Mas) mohon maaf lahir batin atas kesalahan selama seminggu.Â
Terakhir adalah Dosa tahunan, yaitu bisa dilebur saat jelang lebaran, saat pelaksanaan idhul fitri anda diharapkan untuk melakukan mudik untuk nyadran, bertemu dengan sanak famili dan keluarga yang terdekat kemudian minta maaf lahir batin, sekaligus anda juga minta maaf kepada tetangga dan saudara atau teman, sahabat dan ragamnya, maka dosa selama setahun rontok antara manusia dengan manusia.Â
Saat pelaksanaan nyadran dan lebaran yang akan dilakukan adalah Sungkem dengan kata-kata seperti ini, " Kulo Ngaturaken sugeng riyadi lan nyuwun pangampunten dumateng sedoyo kelepatanipun lan klenta klentinipun kulo" yang berarti saya mengucapkan selamat hari raya, dan minta maaf dari semua kesalahan dan kekeliruan saya. Lalu yang diminta maaf, menjawab, amin, semono ugo kulo, menawi wonten lepat nyuwun diampuri, dungo dedengo gih, sugeng riyadi, mugi-mugi berkah barokah, artinya Amin, begitu pula dengan saya, jika ada kesalahan lahir batin, minta dimaafkan dan tetap saling mendoakan, semoga hidupmu berkah dan barokah.
Selain nyadran, sungkem dan membawa bingkisan atau pecingan untuk ponakan, ada satu adat yang rutin dilakukan adalah halal bi halal, dan itu dilakukan dari satu keluarga bani, baik dari Bani Ayah, maupun Bani Ibu. Semakin besar keturunannya, maka tingkat kehadiran akan semakin banyak, dan semakin gayeng ikatan persaudaraan, bahkan ada pengurus bani yang ditunjuk untuk mengelola manajemen bani agar terawat dan lestari abadi setiap tahunnya.Â
Untuk Pandemi corona ini, kayaknya ada beberapa agenda yang akan terkurangi, karena edaran pemerintah tidak boleh ada pertemuan, harus jaga jarak, harus pakai masker, dan ragam aturan yang harus dipatuhi oleh warga Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H