Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masker Akeh Untunge, tapi Abot Memakainya

29 April 2020   21:34 Diperbarui: 29 April 2020   21:37 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ribuan Edukasi Status Pakailah Masker saat keluar rumah, biar bisa melindungi dan tidak menulari, bahkan memakai masker bagian dari bentuk tawakar. Sebuah ikhtiar manusia untuk tidak membahayakan orang lain dan diri sendiri dan tidak menulari penyakit ke orang lain, kaya manfaat tapi susah perubahan perilaku warga ketika suruh memakainya padahal banyak masker yang dibagikan gratis. 

Sebagian Para petani, enggan memakai masker, merasa bekerja terkena sinar matahari penuh, keringet membasahi badannya, tak mungkin virus menyerangnya, apalagi mereka pekerja keras, begitu versi beberapa warga yang jadi buruh tani, alasan ribet, sulit bernafas dan khawatir kotor bila kerja di sawah karena bergelut dengan lumpur, tanah kotor dan lainnya, termasuk kalau pas panen padi, untuk mengeringkan padi agar nanti gabah yang tanpa ada berasnya terpisah, biasanya kalau kena kulit jadi gatal, tapi bagi mereka abaikan pakai masker, sumuk, corona tak mungkin masuk ke tubuhnya. 

Para pedagang dipasar, saat ada petugas yang memonitornya mereka pakai masker, saat mau di ambil foto oleh jurnalis, baru memakai masker, tapi yang tumbuh pada diri sendiri bahwa memakai masker itu manfaat banyak, itu berbanding terbalik, disinilah betapa beratnya edukasi perubahan masyarakat dalam bersikap. 

Sama halnya dengan rumah yang baik harus mempunyai WC yang sehat, namun faktanya banyak rumah yang dekat saluran sungai atau kali, punya toilet, tapi pembuangan kotorannya ke sungai atau kali, termasum dilarang buang sampah sembarangan, faktanya masih banyak warga yang buang sampah sembarangan.

Larangan lagi, anak-anak di rumah saja, belajar di rumah itu lebih baik, karena sudah hampir sebulan lebih, pikiran anak sudah berubah, ingin bermain di lingkungan sekitarnya, apa mancing atau naik sepeda, orang tua pun mengijinkan, padahal beresko, dan ragam kejadian yang terjadi, kebiasaan normal kemudian berubah ke kebiasaan yang serba dibatasi. 

Perubahan butuh proses dan proses ini akan berubah jika edukasi kepada warga secara terus menerus, sesuatu sangsi sifatnya sementara dalam perubahan sikap, termasuk pemberian larangan sementara pun sifatnya instan, sebuah perubahan yang berkesinambungan adalah berubah pada diri sendiri, memberikan contoh dan merasa berdosa jika melanggarnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun