Ilmu dan Dunia itu tidak bakal orang itu akan bosen, tapi setiap orang kadang harus memilih mana yang akan diunggulkan, jika seorang kyai unggul di ilmunya maka derajatnya akan dinaikkan, dunia akan mengikutinya, tapi jika misalkan seseorang itu hubbuddunya dibandingkan ilmunya, maka dia sudah tergoda oleh hartanya, padahal harta ini tidak akan dibawa hingga raganya sudah menempel di tanah.
Demikian intisari diskusi bersama KH. Subhan Makmun saat menyiapkan lokasi on air pengajian Kitab Bidayatul Hidayah yang akan dimulai besok jumat, 24 April 2020 setiap bada ashar lewat radio Singosari FM dan Radio Top FM Paguyangan Brebes.Â
Mereka yang seneng dunia tidak akan berhenti untuk mencari harta bahkan ada yang menumpuk hartanya, sehingga mau belajar pun kadang tidak sempat waktunya, karena banyaknya usaha yang dimilikinya.Â
Hari ini adalah hari buku sedunia, dimana menjadi momentum yang penting, bahwa belajar itu tidak ada batasan umur, sampai jelang ajal menjemputpun masih bisa belajar. Belajar bukan hanya dengan buku, tapi belajar ya dengan guru, termasuk belajar dari pengalaman seseorang itu juga bagian dari ilmu yang kadang tidak ada di bangku sekolah, tapi dari pengalaman pribadinya karena banyaknya hambatan dalam memecahkan masalah menjadi dapat ilmu.
Belajar literasi bisa datang ke tempat perpusda, TBM di desa, perpustakaan desa bahkan bisa belajar dari digital magazine, seperti halnya koran digital itupun kita dapat informasi yang up to date tiap hari dari berlangganan.
Ikatlah ilmumu dengan menulis, ini dikandung maksud seorang penulis ini, bisa menyamlaikan ilmunya lewat naskah yang ditulis dan dipublikasikan ke media online, ini juga bagian dari jihad menulis, dimana jejak digital akan abadi dan dibaca oleh orang banyak. Saat ilmu anda dibaca oleh lain dan orang lain merasakan akan manfaat ilmunya berarti ganjaran penulis mengalir terus walaupun penulisnya telah tiada.
Para Imam Madzab mengarang kitab, begitu pula para ulama yang telah mengajarkan ilmunya, itu belajar dari kitab para ulama sholeh, dan tidak semua ulama bisa menggoreskan penanya atau ilmunya dengan mencetak kitab kuning yang dijadikan rujukan para santri hingga kini.Â
Begitu juga para profesor yang ilmunya tidak diragukan lagi, mencetak beberapa bukunya untuk dijadikan referensi pengetahuan bagi generasi penerus bangsa, ini artinya ilmu mereka jelas sangat bermanfaat dan tetap abadi dari generasi ke generasi selanjutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H