Masker dalam bentuk apapun harus dipakai saat anda mau periksa, mengantar dan berkunjung ke Fasilitas Kesehatan (Faskes), kalau tidak ya pilih kembali esok hari, artinya mau mentaati aturan atau melanggar aturan, ada konsekuensi tersendiri.Â
Sebagian orang ada yang patuh memakai masker dan ada yang belum mau memakai masker, dulu kalau mau bicara pakai masker dianggap tidak sopan santun, karena tidak terlihat wajahnya semua, sehingga petugas medis terlihat sopan santun tidak kelihatan pakai saat mulut dan hidungnya dikasih masker, tapi karena situasi pandemi inilah apapun teori bisa berubah dengan cepat.Â
Ketemu orang tidak salaman itu dianggap tidak sopan, karena sudah kebiasaan bersalaman saat ketemu,maka secara reflek ingin salaman, tapi corona ini menjadikan perilaku yang sopan santun berubah menjadi tidak salaman lagi.
Rapat semua dengan model digitalisasi, WFH pun digitalisasi dalam bekerja, sampai musrengbangkab pun harus live streaming, luar biasa memang imbas virus corona dalam merubah tabiat seseorang, dari hidup yang serba aman, nyaman, berubah menjadi serba panik, was-was, peraturan sedemikian cepat harus ditaati, edaran pun harus dikirim lewat digital.
Pengalihan anggaran untuk cegah virus ini sudah dilakukan, kurang ya tambah lagi, karena menjadi fokus utama, ya informasi yang lain jadi pilihan saja, semua terkonsentrasi dengan covid ini. Orangtua harus belajar lebih banyak dan bersabar dengan mendidik anaknya di rumah, bersentuhan ilmu dengan gurunya semakin berkurang.Â
Acara hajatan harus serba minimalis, akad nikah selesai tasyakuran dipending, walimatul ursy ya seadanya, serba darurat, jika melanggar kena semprit dari aparatur dianggap melanggar aturan pemerintah. Wajar saja pelaku usaha dari mulai hiburan, entertain, maupun dunia musik dan catering semakin tidak berdaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H