Salah satu bawaan yang sangat sering dan menjadi pesan bagi para jamaah haji yang telah melaksanakan haji adalah " Bolehkah membawa Jerigen, saat berangkat untuk menaruh beras, saat pulang untuk isi air zam-zam dari sumur zam-zam," maka sebagaian jamaah haji berpesan kepada calon haji, ada yang bilang boleh, kalau lolos ya berarti nasib kita sedang berpihak pada kita, kalau nanti di bandara ternyata tidak lolos, atau hilang diambil oleh bagian logistik maskapai penerbangan ya kita ikhlaskan saja.Â
Ada juga yang berpesan, mas kalau nanti naik haji, tetap bawa gembes atau jerigen, saat berangkat untuk menyimpan beras 2.5 kg per orang, kemudian beras untuk jaga-jaga saja khawatir nanti jatah makan di saudi terlambat, maka beras yang sampeyan bawa akan berguna, kita tidak bisa mengandalkan kebijakan pemerintah secara totalitas, khawatir ada permasalahan dengan masalah catering, terus kita harus kelaparan karena tidak makan, maka beras yang kita bawa menjadi modal jaga-jaga saja, ikhtiar itu perlu, tapi kalau ternyata jatah catering benar-benar sesuai apa yang disampaikan oleh Pemerintah Indonesia maka beras yang kita bawa bisa juga untuk pengganti makan pagi atau dijariyahkan kepada orang disana. Toh pahalanya tetap mengalir karena kita bersedekah.Â
Ada juga yang berpesan terkait jerigen, calhaj sebaiknya tidak usah bawa jerigen, dimekah banyak yang jualan jerigen, ada yang isi 25 liter, 10 liter, 15 liter dan 5 liter, bahkan ada yang menyediakan packing air zam-zam yang kita isi, tinggal jerigen yang sudah terisi, lalu dibawa ke bagian paket packing kemudian nanti dikasih plastik khusus dengan tulisan arab, lalu dipres sehingga kalau nanti air zam-zam merembes, nanti airnya di dalam plastik tersebut.Â
Ada juga yang berpesan lain, mas bawa plastik yang 3 kilo, atau 5 kilo, nanti plastik tersebut dimasukan ke dalam jerigen, air dimasukan ke dalam plastik tersebut hingga penuh, lalu diikat plastik tersebut secara kencang, kemudian di ikat lagi dengan solatip atau bisa juga dengan tali karet atau bisa juga lakban, kemudian gembes yang kita isi lalu digubed atau dikasih plastik lagi diluarnya, lalu digubed dengan lakban, usahakan di tes jerigen yang sudah terisi tersebut, Â minimal di injak oleh kita apakah mengalir atau tidak ada perubahan rembesan air, kalau tidak ada berarti berhasil nanti airnya tidak meresap ke koper, kedua saat mau dimasukan ke koper di ikat penuh dengan kain ihrom, jadi saat air mbrembes maka kain ihrom yang akan basah, kalaupun basah semua tidak berpotensi parah, karena basahnya air menempel pada ihrom, dan kain lainnya.Â
Begitu banyak pesan para haji saat memberikan nasehatnya kepada calhaj yang mau berangkat, biasanya saat tilik haji atau mendoakan calon haji saat mau berangkat haji, semua pengalaman antara haji yang sudah berangkat satu kali, dua kali atau yang tahun kemarin naik haji itu tidak sama, karena pengalaman yang ada menjadi modal bagi dia untuk memberikan masukan kepada calon haji.Â
Namun penerbangan tetap melarang bagi calon jamaah haji untuk membawa air zam-zam ke dalam koper, bahkan pihak PHU Kementerian Agamaa Republik Indonesia juga menyampaikan kepada para petugas hajinya yang mendampingi jamaah haji agar aturan pemerintah Indonesia itu dipatuhi demi keselamatan bersama.Â
Pesawat itu kan membawa barang dan manusia, di dalam pesawat itu berisi besi, dan mesin sama kabel yang menghubungi satu alat dengan alat yang lain, bayangkan saja jika ada kabel yang konslet atau kena air karena ada rembesa air zam-zam kemudian menjadikan kapal rusak pada saat diatas, maka akan beresiko pada keselamatan semua jamaah haji yang berangkat bersama tersebut.Â
Pelarangan ini tidak hanya lisan saja, bahkan di dalam buku manasik kementerian agama sudah tertulis dengan jelas, wajar jika kemudian jamaah haji saat mau pulang akan ada proses penimbangan koper, apakah sesuai ketentuan atau tidak, dan petugas logistik yang mengecek dari pihak penerbangan juga memastikan bahwa di dalam koper tersebut tidak ada air zam-zam yang dimasukan dalam jerigen, dikhawatirkan nanti beresiko saat semua barang sudah masuk ke pesawat.Â
Tapi terkadang larangan itu cuma dilirik oleh para hujaj, dianggap hal biasa, dan tidak pernah terdengar oleh mereka bahwa ada ledakan pesawat yang bawa jamaah haji karena bawa air zam-zam, sehingga mereka juga melakukan segala cara, agar saat ada pemeriksaan lolos, ada yang sengaja berdoa terus agar lolos, ada juga yang memberikan imbalan tertentu karena kelebihan muatan dan ada air zam-zam, dibilangnya kalau pengelola dikendalikan oleh manusia, maka bisa diajak kompromi. Terus siapa yang salah kalau begini. Karakterkah, watakkah, atau budaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H