Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harta yang Tak Ternilai yaitu Menulis

3 Maret 2020   10:11 Diperbarui: 3 Maret 2020   10:17 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok medium.com)

Hati yg penuh syukur merupakan harta yg tak ternilai. Karena kita tak membawa apapun ketika lahir didunia. Kitapun tak akan bisa membawa apapun dari dunia saat kita kembali kepadaNYA,  Mak batasi keinginan dan cukup kan diri dengan apa yang kita butuhkan untuk  hidup di dunia. Hati yang bersyukur muncul dari rasa berkecukupan.

Orang yang rakus itu, adalah sikap yang tidak patut ditiru, bagaimana telah diceritakan  para juru dakwah di Negeri ini dimana ketika ada cerita masalah tidak mensyukuri nikmat maka diceritakan Qarun, bagaimana awal kehidupan Qarun yang hidup pada masa nabi, ia sangatlah miskin dan memiliki banyak anak, kemudian Ia meminta ke Nabi Musa agar diberikan kekayaan yang banyak, lalu Nabi Musa mendoakan kepada Allah, yang ia pinta ternyata oleh Allah dikabulkan doanya. 

Harta bergelimpangan, emas dan perak penuh ditaruh digudang, namun Qorun ini ingkar dan diberikan adzab oleh Allah dengan hartanya tertimbun ke dalam tanah dalam waktu semalam. Sekarang tempat dimana dulu QOurn hidup jadi danau, dikenal dengan danau Bahirah Qarun di daerah Al Fayyum Mesir.

Kita semua yang dilahirkan di bumi Allah ini sebenarnya tanpa ada baju apapun, tidak membawa pajero, tidak punya android, ataupun membawa uang trilyunan, kita semua ini dalam keadaan lemah, namun diberikan oleh Allah berupa akal, fisik yang sempurna, dan nafsu yang semuanya diberikan agar mereka bisa tumbuh berkembang dengan baik dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan. 

Tak mungkin nikmat yang diberikan ini akan bisa dihitung, bagaimana manusia bisa menghitungnya dengan baik, untuk mengkonversi saja tidak memungkinkan apalagi berhitung dengan rinci dan detail. Kita melihat saja betapa luar biasa nikmat yang diberikan dari Allah kepada kita ini, tidak buta, tidak katarak, tidak kelilipen, bahkan tidak menceng kalau melihat perempuan cantik atau laki-laki ganteng, semuanya diberikan oleh Allah kepada manusia dengan gratis. 

Bagaimana manusia diberikan organ lengkap, dibuat kita sakit gigi sebentar saja, betapa sakitnya, ketika gigi kita bolong harus di obati atau dicabut maka rupiah akan dikeluarkan, kalau nyabut giginya datang langsung dicabut akan untung, kadang-kadang dokter pun tidak mau melakukan tindakan sekali lalu langsung diperiksa dan dicabut, pasti akan mempelajari dan memberikan saran pertama dilihat dan diberikan obat penawar nyeri, silahkan diminum dulu beberapa hari datang lagi, bayar jasa medis tetap, saat diperiksa kembali kemudian kita bayar lagi dan baru dicabut, kalau kita punya riwayat penyakit lain, dokterpun akan menyarankan tindakan yang berbeda. 

Kita diberikan kaki dan tangan yang sempurna, sedangkan masih ada anak berkebutuhan khusus dan mereka juga menjadi generasi penerus bangsa yang harus menikmati hidup seperti halnya mereka yang serba sempurna, maka sudah selayaknya apabila kita hidup ini bermanfaat untuk orang lain, jangan hidup serba egois, merasa kaya maka tidak mau memberikan sebagaian hartanya untuk ditasyarufkan kepada orang lain, yang merasa tidak mempunyai harta atau hidup dalam kekurangan, juga jangan pasrah harus selalu bergerak dan bekerja dengan sungguh-sungguh, barangsiapa  yang mau berbuat kebaikan pasti Allah akan memberikan balasannya sesuai dengan apa yang dilakukan. 

Bagi kita yang suka menulis, maka rasa syukurnya adalah menulislah dengan energi yang positif, agar orang lain yang membacanya akan selalu meniru dan mengamalkan ilmu yang kita pelajari, jangan memberikan tetesan tulisan yang negatif, maka kelak anda akan dipertanggungjawabkan atas tulisan yang sudah ditulis. 

Semakin karya anda memberikan pengaruh yang baik kepada orang lain, maka anda ini sudah melaksanakan rasa syukurnya melalui memanfaatkan tangan, pikiran, dan tenaga anda untuk berbagi ilmu pengetahuan. Menulislah dengan ikhlas. 

Banyak penulis yang sukses karena ilmunya diamalkan, dan banyak penulis buku dimana orangnya sudah meninggalpun, ilmunya masih abadi dan masih didoakan, bagaimana ulama terdahulu menulis kitab kuning dan menjadi penerus ilmunya nabi melalui kitab kuning yang dituliskan. 

Bagaimana karya-karya Profesor yang masih abadi ini masih dijadikan rujukan referensi keilmuannya, ini semua karena mereka mau menulis dan mencatatnya dalam sebuah goresan pena dibukunya dan dicetak lalu di sebarluaskan menjadi bahan keilmuan bagi generasinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun