Saat saya masuk ruangan rapat kordinasi di aula DPMD, P3A, PPKB Kabupaten Pekalongan tampak para ASN dari Kepala Dinas dan para ASN Eselon 3 dan Eselon 4 termasuk staf di kantornya menggunakan seragam muslim putih dan sarung batik, ada yang berkopyah hitam, putih ataupun pakai udeng batik.Â
Telusur sambil bertanya, kenapa menggunakan custum unik, dijawab ini adalah kebijakan lokal dan harus membumi dan dikenal sebagai ciri khasnya, dimana Pekalongan terkenal sebagai Kabupaten Santri dan Batik. Maka kebijakasn ini diterapkan di lingkungan Pemkab sebagai seragam setiap hari jumat.Â
Bagi yang biasa memakai sarung maka hari jumat sangatlah tepat, tidak usah pulang,saat mau masuk adzan jumat, mereka sudah datanag ke masjid dan ambil wudhu lalu sholat tahyatul masjid, artinya bajunya bisa multifungsi. Bisa untuk kerja dan bisa untuk sholat jumat, wajar saja jika di masjid komleks Bupati atau Kantor Pemkab Pekalongan sarung yang didominasi adalah sarung batik, yang pakai celana bisa dihitung dan dipastikan bukan dari ASN, bagi orang kampung sekitarnya ya pakai sarung batik atau sarung biasa atau lurik atau mega mendung.
Kebijakan ini juga berdampak pada kenaikan omset para pengrajin batik, bahkan di beberapa tokoh NU Kultural di Jateng sarung batik menjadi ciri khas saat mengikuti even acara NU. Ini artinya kebijakan yang dibuat oleh Pemkab Pekalongan pun sudah mulai melebarkan sayapnya dimana sudah mulai dipakai warga NU saat beribadah ataupun ikut acara organisasi dengan sarungan batik.Â
Apakah anda sudah punya sarung batik, yuh mulai sekarang beli bahan jadi atau bahan sarung batik terus dijahit, kayaknya menarik lho saat dipakai, selain nyaman dan semakin ganteng bagi yang memakainya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H