Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tempahan Kuli Sawah, Pekerja Mulai Menyusut

10 Februari 2020   16:20 Diperbarui: 10 Februari 2020   16:13 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja di sawah ( Doc superradio.id)

Bayar awal sebelum berangkat kerja, di beberapa desa di Kabupaten Brebes Jawa Tengah terjadi, seperti di Desa Banjaranyar, Desa Kaligangsa, dan beberapa desa sekitarnya,penulis coba interview dengan Bu Romlah, dan juga dengan Fatkuri  biasanya dikenal dengan istilah " Tempahan". Demikian penulis tanyakan beberapa warga di desa tersebut yang sering melakukan tempah kuli. 

Namun ada juga sebagian desa lain sepsrti misalnya di Desa Keboledan, Desa Klampok dan sekitarnya, bayar kuli setelah bekerja, saat selesai lalu di bayar. 

Mungkin yang ini hal biasa dilakukan, tapi bagi tukang bangunan bayarnya adalah mingguan, ada yang setiap hari kamis atau ada juga yang hari sabtu. Kalau hari kamis bayaran, berarti hari jumat libur, tetapi kalau hari sabtu bayaran berarti minggu libur. 

Para pekerja ini didatangi, dan ditanyakan apakah besok sudah ada yang bayari atau ditempah sama orang, jika dia jawab sudah maka akan cari orang lain, namun saat ada orang yang sudah di tempah atau sudah dibayar datang orang lain dan kasih harga diayas dengan tujuan supaya orang yang ditempah itu pindah ke harga yang mahal, maka orang itu akan di datangi dan diingatkan, jangan buat harga sendiri, kalau sudah dibayar duluan, ya etikanya jangan diserobot. 

Kenapa tempahan bisa terjadi:

Pertama, menurunnnya peminat di bidang pertanian, para generasi muda mulai tidak tertarik menggunakan tenaganya untuk jadi buruh tani, mereka memilih jadi buruh pabrik walaupun bulanan dibayar lebih murah buruh pabrik, namun menurut mereka prestise karena berangkat bersepatu, baju seragam, setuap hari tidak kena sengatan matahari, dan kulitnya tidak cepat rusak. 

Kedua, menjadi buruh tani walaupun upah setengah hari Rp 60 ribu, tapi merek harus bekerja dengan lumpur dan air, terutama saat ambil hama ulet daun atau misalkan suruh bil rumput di lahan bawang yang ditanam maka dari jam 07.00 s.d. 12.00 wib harus kena angin, panas, kadang juga hujan. Kulit jadi panas, dan mudah keriput. 

Ketiga, bertani bagi sebagian generasi penerus bangsa tidak menjanjikan, karena sering merugi, modalnya sekarang besar, upah bayar petani juga selalu naik, obat-obatan tak pernah turun, belum lagi bibit dan pengolahan lahan yang cenderung susah, kalau pas panen, harganya sering turun, akhirnya merugi. 

Jika diteruskan bisa-bisa untuk menutup modal kembali harus pinjam sana pinjam sini, bayangkan jika pinjamnya ke bank atau rentenir, apa ga semakin terpuruk. 

Keempat, kualitas tanah semakin sulit untuk dinormalkan kembali, mau organik gimana kalau tetangga sawahnya juga pakai pestisida yang tidak terukur, ada yang pakai pestisifa ditambahi autan, infus, ataupun kadang juga minyak tanah, apa tidak merusak kualitas tanah itu sendiri. 

Kelima, munculnya kawasan pabrik, yang jelas akan semakim berkurang generasi remaja di Brebes untuk bertani, mau meneruskan jejak warisan orangtuanya, bayangkan jika anaknya berlatarbelakang pendidikan s1,s2,s3 mKa besar kemungkinan lahannya tidak digunakan untuk pertanian, kalau bisa dialihfungsikan menjadi lahan kapling atau dijual untuk usah lain atau untuk bisnis diluar pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun