Ada perbedaan yang cukup kentara ketika menghadiri resepsi dengan tuan rumah menteri dan tuan rumah kyai, Â dengan acara sama-sama dihotel berbintang. Penulis tidak membandingkan acara di rumah, karena jelas sangat berbeda jauh, tapi kali ini penulis bandingkan resepsi sama-sama di hotel berbintang.Â
Pengalaman menghadiri resepsi di dua tokoh ini, penulis coba uraian berdasarkan empiris saat tahun 2019, saat menghadiri pertemuan menteri, waktu itu acara di Hotel Berbintang di semarang, penerima tamu diambil dari kolega yang militan, bila latar belakang menterinya dari tokoh politik, jelas yang hadir para pengurus partai tersebut baik dari DPP, DPW, sebagian DPC yang terdekat dan kolega yang lainnya, selain kolega partainya, among tamu juga diambil bila dari latarbelakang akademisi atau mantan rektor misalnya,maka banyak guru besar dan dosen tetap di kampus tersebut menjadi penerima tamu, sekaligus yang memastikan siapa saja yang hadir untuk dilaporkan setelah acara selesai, bahkan beberapa acara juga ada yang ditugaskan untuk di handle orang khusus, misalnya menugaskan seksi acara dengan bahasa jowo atau bahasa daerah.Â
Dari sisi tamu, heterogen jika tuan rumah menteri yang masih aktif menjabat,dan sangat berbeda saat menteri ini sudah tidak menjawab, tingkat kehadiran tamunya jauh berbeda, bila undangan 1000 misalnya, maka saat yang bersangkutan masih aktif, tingkat lehadiran bisa mayoritas dibandingkan jika yang bersangkutan sudah purna tugas.Â
Dari sisi menu, menghadiri resepsi di hotel dengan tuan rumah menteri jelas halaman parkir akan penuh, semua makanan yang berkelas akan di sajikan, bahkan ikan salmon yang sudah siap saji pun menjadi menu hidangan  utama, kata mahal baginya sudah tidak diperhitungkan, asal acaranya sukses dan tingkat kehadiran juga maksimal, maka keluar uang untuk acara resepsi yang mahal dianggap lumrah, bagian dari menghormati tamu dan membuat mereka juga gembira.Â
Menghadiri resepsi mantu menteri, ternyata gratis, tidak terlihat yang hadir memasukan amplop beserta isinya, hanya tertulis daftar hadir, dikasih souvenir saja dan bisa foto bersama menteri beserta penganten plus keluarganya. Bahkan ada ruang khusus bagi yang mau berfose dengan mempelai bahkan sudah ada tenaga profesional berupa fotografer yang cukup profesional tentunya.Â
Berbeda dengan resepsi dengan tuan rumah kyai terkenal misalnya, yang jelas pemandangan akan terlihat sarung dan busana muslim, hadir semua kyai dan santri atau alumninya dengan berpakaian baju batik atau bahkan baju putih lalu sarungan dan berkopyah, tidak ada protokoler yang terlihat, asal ngantri dan ada ruangan makan bagi kyai khusus dan kyai yang kampung tapi kenal dengan tuan rumahnya.Â
Nuansa musik ala timur tengah, tidak terlalu resmi, saat mengucapkan salam pun ada yang mencium tangan kyai nya ada yang cukup menempel saja, ada juga model gaya timur tengah, tapi pada prinsipnya mereka jelas paham dan bersahabat akrab.Â
Menu yang disajikan kalau tuan rumahnya kyai, maka standar, jika ada perbedaan hanya tulisan VVIP saja, sate kambing, sate ayam, dan aneka lauk pauk ikan dan lainnya, kalau yang hadir adalah para alumni atau santri yang dulu pernah belajar pada kyainya, dan kyainya ini mantu, maka semua keluarganya akan datang untuk menghadiri resepsinya, dan bahkan putra putrinya dikenalkan kepada kyainya untuk minta berkah dan doanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H