Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lockers Dokumen di Kecamatan Masih Bertahan

24 Juli 2019   07:50 Diperbarui: 24 Juli 2019   08:43 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Locker surat doc pribadi

Gerusan teknologi digital, ternyata keberadaan locker surat dan dokumen lainya masih digunakan, bahkan setiap hari para aparatur desa harus datang ke kantor Kecamatan untuk mengambil berkas yang ada di dalam locker ini sesuai dengan nama desanya. 

Pantauan langsung penulis saat berada di Kamtor Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes banyak tumpukan berkas surat, koran dan jenis dokumen yang ditaruh di kotak, hampir rata-rata yang ada adalah langganan koran cetak, tagihan leasing atau kredit motor, dan surat lainnya yang ditaruh per desa, nantinya tiap desa akan mengambil dokumen tersebut dan di serahkan ke alamat pengirim, tugas seperti ini dilakukan tiap hari oleh aparatur pemerintahan desa. 

Gaya tradisional seperti ini masih bertengger, walaupun sudah sedikit terkurangi, dibandingkan dengan era zaman 80-an hingga 90-an. Setelah ada era jaman digital, dengan gerusan teknologi yang masif, dari mulai ada email, SMS, WA, FB, dan medsos lainnya, locker ini semakin menyusut jumlah penerimaan dokumen. 

Pihak Kecamatan akan memonitor surat yang menumpuk di locker tersebut, dan diingatkan agar pihak desa untuk mrngambilnya, lalu diminta untuk mengantarkan sampai alamat surat tersebut. 

Diera zaman 80an, mayoritas TKI atau TKW mayoritas mengirimkan berita informasi lewat surat yang dikirim melalui jasa pengiriman surat, pihak jasa pengiriman surat akan menaruh surat tersebut di kantor kecamatan, dampaknya locker ini sangat penuh, bahkan saat ada informasi pengiriman wesel pos zaman itu, petugas dari kecamatan akan memberitahukan kepada pihak desa agar segera diantarkan ke alamat yang dituju, tak terbayangkan jika alamat yang dituju dengan infrastruktur yang serba minim, jalannya rusak dan berada di pucuk gunung, berapa biaya pengganti transport baginya untuk mengantarkan secarik kertas tersebut, padahal semuanya serba gratis untuk antar surat tersebut. 

Surat atau berita jelas akan mengalami keterlambatan, bisa jadi jika ada undangan yang tanggal kegiatannya sudah ditentukan, lalu saat sampai kepada penerima surat sudah kadaluarsa atau kegiatannya sudah selesai. Ya itulah dinamika hidup dizaman itu, namun mereka masih mensyukurinya. 

Merasa masih dibutuhkan lockers surat desa ini, pihak kecamatan masih memfungsikan keberadaan lockers dan sepertinya 10 tahun ke depan pun akan bertengger, dan abadi hingga semua warga menggunakan jaringan teknologi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun