Upah sebulan Rp 250ribu se bulan tetap ku lampaui, lengkap setelan baju seragam sekolah dan bersepatu, pagi naik sepeda motor, dan pulang setelah waktu duhur dilalui hingga puluhan tahun, sudah menjadi guru kelas, terkadang saat diberi satu gelas teh manis sebagai obat penyegar dahaga. Bila siswanya sedikit, maka hanya segelas teh manis yang diminum, dikasih gorengan saja, sekolah harus memperhitungkan biaya bulanan yang dikeluarkan.Â
Saat ujian sekolah, pihak sekolah harus bermusyawarah agar peserta didiknya tetap bersekolah dan diberi nilai yang bagus, walaupun nilai ujiannya jelas nilainya rendah, tapi tuntutan pihak dinas agar pihak sekolah meloloskan peserta didik untuk naik kelas.
Tak ada anak yang drop out akibat nilai, adanya drop out karena anak tersebut memang tidak datang ke sekolah karena berbagai alasan yang kuat yakni tidam kuat uang jajan atau living cash dan jarak rumah dengan sekolah yang jauh, yang lainanya karena malasa belajar.Â
Uang Rp 250 ribu jika dibelikan bensin satu liter aja dengan harga per liter pertalite Rp 7.650 dikalikan 25 hari saja ada Rp 191.250 sebuah biaya yang harus dikeluarkan, belum lagi jika harus makan siang sendiri, betapa luar biasa perjuangan guru dalam mendidik peserta didik.Â
Belum lagi jika punya anak dan istri, mereka juga harus makan setiap hari, dan memberikan gizi tambahan buat anak turunanya. Wajar donk jika kemudian guru GTT akhirnya harus mencari peluang lain, misalkan dengan melakukan pendataan, bisnis sampingan ataupun jualan yang terbatas modalnya namun bisa untuk menutupi biaya tambahan untuk membayar listrik dan telepon.Â
Mereka juga ingin hidup seperti nasibnya teman sejawatnya, yakni guru PNS atau ASN guru yang mengajar sama namun beban kerjanya sama tapi honor atau upah yang didapat sangat jauh. ASN bisa saja sampai Rp 2.5juta, dengan mengajar siswa di sekolahnya, GTT hanya Rp 250 ribu, harapan mereka nasib upah berpihak kepadanya, Â minimal sebulan sama dengan upah minimum regional.
Semoga ada keberpihakan kepada nasib kami yang ikut mencerdaskan kehidupan manusia melalui pembelajar kreatif, aktif, dan menyenangkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H