Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Banyak Silaturahmi ke Warga Bisa Mendulang Suara Caleg

6 Agustus 2018   10:18 Diperbarui: 6 Agustus 2018   16:19 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Warga Ajang Silaturahmi Caleg/Doc Twitter.com

Tahun 2019 adalah tahun politik, pasalnya saat tahun ini semua orang akan memilih siapa saja wakil rakyat yang diharapkan, termasuk memilih presiden dan wakil presiden terpilih. 

Sebuah aspirasi yang harus disalurkan oleh warga Indonesia untuk merubah situasi negara ini melalui para wakilnya agar tidak lupa ketika jadi untuk mengemban amanat negeri ini, kepentingan umum lebih di utamakan dibandingka kepentingan diri sendiri. 

Seorang caleg tahun 2019 yang sudah mendaftarkan di KPU baik itu di Kabupaten/Kota atau Provinsi ataupun caleg pusat yakni DPR RI, maka dia harus banyak melakukan aksi nyata minimal berbaur dengan masyarakat, baik itu melakukan anjangsana ke tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh agama maupun masyarat yang mempunyai hak pilih. 

" Ingin mendulang suara, perbanyaklah Silaturahmi, Bisa nambah umur,nambah dulur,,nambah rizky,, sing pasti iso nambah suara," ungkap salah satu caleg MH yang tidak mau disebutkan namanya. 

Untuk dikenal saja, seorang caleg harus mau melakukan tatap muka, termasuk mampu mengambil hati warganya dengan menggunakan saluran media apapun, apakah harus melalui media sosial, melalui pertemuan keluarga, pertemuan konunitas ataupun dengan menggunakan identitas gambarnya yang menempel di stiker, di mobil, maupun media lainnya. 

Caleg yang ingin jadi harus benar-benar berbaur dengan warganya, tiap hari tak pernah ada di rumahnya, semakin terkonsep dan bikin inovasi yang berbeda maka akan mampu menambah suara nantinya saat pemilihan berlangsung. 

Bagi para caleg yang melakukan budaya suap yakni memberikan uang serangan fajar agar bisa mendulang suaranya, sejatibya adalah para wakil rakyat yang miskin ide dan tidak ingin berbaur lama dengan konstituennya, dampaknya adalah instan menjadi wakil rakyat, setelah jadi maka mereka beranggapan bahwa kami ini adlah wakil partai bukan wakil rakyat yang harusnya mementingkan kepentingan umum malah sebaliknya, kepentingan partai di dahulukan, kepentingan pribadi diutamakan, asal dirinya tidak rugi maka akan dilakukan. 

Banyak pemodal yang sekarang ini memberikan sponsornya terutama untuk mereka yang memiliki angka urutan satu dan dua, sponsor ga mau memberikan donasi kepada caleg di nomor tiga dan seterusnya, alasannya rugi khawatir tidak jadi, misi dana yang dikucurkan akan sia-sia.

Bagi sejumlah caleg yang berada di nomor tiga dan seterusnya ini adalah bagian ikhtiar dan kerja kerasnua untuk mendulang suara, kalau warganya kenal dengan kiprahnya di masyarakat maka pastilah pilihan warganya kepada yang kenal dan paham kinerja dilapangan selama ini, namun bagi caleg yang punya dana besar, maka silaturahmi tetap, uang untuk tim sukses dan pernak-pernik agar mendulang suara pun sudah disiapkan. 

Munculnya caleg baru dan punya modal banyak serta masuk di partai yang punya akar rumput banyak apalagi sudah ada yang duduk di kursi anggota DPRD, maka tim sukses akan lebih mudah untuk menjualnya agar pilihan calegnya ini bisa diterima oleh warga yang punya hak pilih. 

Namun bagi tim sukses yang punya caleg dengan dana pas-pasan serba terbatas, nomor urut saja tidak dinomor cantik, belum lagi belum banyak yang mengenal pribadinya maka akan terasa sulit, dan energi yang cukup menguras tenaga, belum lagi dananya serba terbatas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun