Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampingi Anak Saat Awal Masuk Sekolah

16 Juli 2018   10:35 Diperbarui: 16 Juli 2018   10:41 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ayo sekolah/Doc arah.com

Cara pemenuhan hak anak bidang pendidikan yakni menyekolahkan anaknya hingga jenjang wajar dikdas 12 tahun, baik lagi jika sampai tamat perguruan tinggi. Sebuah konsep ideal bagi semua anak bila mereka bisa mengenyam pendidikan disekolah. 

Awal masuk sekolah menjadi sejarah tersendiri bagi seorang anak, apalagi jika masuk di pendidikan usia dini, atau pendidikan dasar dan menengah. Mereka merasakan kebahagiaan tersendiri, jika awal masuk sekolah di dampingi oleh orangtuanya. 

Alasan pertama, anak masih malu dan belum percaya diri, saat mereka masuk ke kelas dan menempatkan kursi di kelas, mereka terlihat malu-malu untuk menempatkan diri di kursi yang disediakan, kedua, anak belum mengenal teman sekolahnya, sehingga mereka belum mendapatkan teman, seolah-olah disekolahnya ini masih asing, ketiga, anak ini merasa tenang ketika ada pihak terdekatnya yang dikenalnya, apalagi jika ada pihak orangtua yang menemani walaupun hanya sehari saja mendampinginya, keempat adalah bentuk kasih sayang orangtua kepada anaknya.

Pihak sekolah juga memberikan saran dan masukan kepada wali muridnya, agar saat masuk awal sekolah didampingi, misalnya di Paud, di SD/MI kelas 1, termasuk saat mau masuk pondok pesantren pun anak yang baru masuk ke pendidikan pesantren untuk didampingi walaupun hanya beberapa jam saja. 

Motorik anak akan merekam apa yang dilakukan oleh orangtuanya, dan akan membekas hingga anak ini tumbuh dewasa, mereka akan melakukan tindakan yang dilakukan orangtuanya bisa menjadi suri tauladan bagi anaknya dan akan menirunya. Makanya berbahagialah bagi siapapun anak yang didampingi orangtuanya saat awal masuk sekolah, dan budaya seperti ini harus menjadi sebuah gerakan yang tumbuh dari kesadaran bukan keterpaksaan. 

Bagi orangtua yang tinggal di desa dengan dikota ada perbedaan, jika orangtua yang hidup di perkotaan, lebih dominan mengantarkan anak saat t awal masuk sekolah, namun bagi orangtua yang hidup di pedesaan, karena merasa desanya aman, jalan yang dilalui juga tidak terlalu padat transportasinya sehingga anak cukup pergi sendiri ke sekolahnya, ada yang jalan kaki, dan ada yang naik sepeda. 

Namun kalau anak yang pendidikan di kota, disamping lalu lintas yang dilalui sangat ramai, jarak ke sekolah terkadang harus berhati-hati, tingkat resistensi anak ini mengalami kesulitan menyebrang jalan dan juga saat masuk di sekolah tampak terlihat, halaman sekolah dipenuhi dengan kendaraan bermotor dan mobil, sehingga perasaan anak yang dari keluarga tidak mampu pun merasa minder karena teman-teman sekolah yang barunya menggunakan fasilitas lebih dibandingkan dirinya. 

Guru yang mengajarkan siswanya di perkotaan juga harus ekstra kerja keras, karena masa transisi dari awalnya belum sekolah kemudian masuk sekolah, namun bagi guru yang ada di kampung pedesaan, sudah tahu bagaimana kemampuan anak didiknya, karena yang masuk di sekolahnya besar kemungkinan adalah anak desa setempat, namun jika di perkotaan, maka dinamisasi dari berbagai desa dan kelurahan muncul, bila sekolahnya SD/MI favorit maka besar kemungkinan latar belakang orangtuanya adalah anak pegawai, anak dokter, anak pengacara, termasuk anaknya bupati/walikota atau kapolres dan dandim. 

Selamat bagi anak-anak yang belajar di sekolah hari ini, semoga ilmu yang diterima bermanfaat untuk perubahan bangsa ini, maju terus jangan sampai putus sekolah atau tidak lanjut sekolah. Generasi yang akan datang adalah penerus pembangunan disegala bidang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun