Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menikmati Teh Incip Cipetung Paguyangan

1 Mei 2018   11:11 Diperbarui: 1 Mei 2018   20:07 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potensi Teh/Doc curvetob.com

Sebulan sudah dapat teh incip dari warga Desa Paguyangan yang tidak mau disebutkan namanya, hanya inisial yang minta disebutkan LA. Dia memberikan satu kantong plastik kepada penulis dan diserahkan langsung untuk dinikmati dirumahnya dan juga tamu-tamunya atau bisa juga dinikmati oleh familinya. Teh incip ini teh sebutan teh warga desa, teh original, yang dibuat secara tradisional, dengan tenaga manusia asli dari Desa Cipetung Kecamatan Paguyangan.  

Teh incip ini terasa ada gosongnya, namun ciri khas rasa teh dan gosong itulah yang menjadi daya tarik bagi penulis, karena ada perbedaan antara minum teh kaligua yang dipetik langsung dari perkebunan dan diolah lewat pabrik, dengan teh incip asli cipetung yang dibuat dan digoreng sama warga desanya sebagai home industri. 

Teh incip ini oleh warganya, biasanya dijual ke pasar lokalan saja, jika kita request atau order bisa lho pesan, ada rasa sepet, tanpa ada bunga melati, jadi betul-betul original dan ada sensasi yang tak bisa dituliskan lewat kata-kata. Anda akan merasa ketagihan karena tanpa ada efek apapun bahkan punya manfaat untuk kesehatan tubuh kita, terasa segar kembali tubuh kita bila menikmatinya. 

Penuturan salah satu jurnalis warga yang ada di paguyangan, lidia alfi mengatakan, warga menamakan daun teh yang ada di Desa Cipetung Kecamatan Paguyangan dengan sebutan " teh incip" , kenapa demikian karena seluruh tahapan produksi dilakukan secara tradisional. Mulai dari pemetikan, memasak hingga kemasannya pun masih seadanya. Bahkan wajan sebagai alat untuk memasak masih terbuat dari tanah.

Sementara itu, penuturan dari Kades Cipetung Sutrisno, kurang lebih 12 hektar perkebunan teh milik warga yang tergabung dalam kelompok tani Sugih Makmur. Dari 1 hektar lahan perkebunan mampu menghasilkan 500 kilogram teh basah dengan masa panen selama 15 hari sekali. 

Secara keseluruhan terdapat 200 petani yang menggeluti usaha perkebunan teh incip ini, sementara rumah industri pengolahan terdapat 25 unit. Dalam pemasarannya, teh incip biasa langsung dikirim kepada para penjual di luar Kecamatan Paguyangan, jika dipasar untuk harga pasaran se kilo adalah Rp 25 ribu.

Teh Incip Cipetung/Doc Pribadi
Teh Incip Cipetung/Doc Pribadi
Jika lihat dari warna dan tampilan, mungkin tidak semanis teh poci atau teh celup, namun kalau dari rasa, penulis katakan sangat berbeda sekali. Takaran tehnya harus tepat, jika dikasih gula batu terasa sepet dan ada gosong sedikit, bau melati tidak ada karena memang tidak ada campuran apapun. 

Setelah di Sedu/Doc Pribadi
Setelah di Sedu/Doc Pribadi
Jika lihat dari warna teh pun, sedikit berbeda dengan teh celup, teh ini jika takarannya banyak maka akan terasa pahit, kalau pahit biasanya penikmat teh kurang cocok, makanya dalam membuat takaran teh harus disesuaikam dengan selera masing-masing, agar dalam menikmati teh incip ini cocok dalam sajiannya dan cocok dalam suasananya. Bila saat cuaca dingin terasa meresapi akan original tehnya. Kalau suasana panas, diselingi dengan musik pop atau mungkin dangdut masa lalu akan terasa berbeda. Layak jika anda memesannya dan mencobanya. 

Di Sajikan/Doc Pribadi
Di Sajikan/Doc Pribadi
Desa Cipetung Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Jawa Tengah, Desa terkecil di wilayah Kecamatan Paguyangan, dan tidak ada sinyal telekomunikasi bila sudah masuk ke desa ini, hingga kini warga masih blank dengan sinyal. Melaporkan dari Kota Brebes SaatnyaJatengDIYJatim dan KabarDariSeberang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun