Malam tadi menghadiri acara walimatul tasmiyah, ustad memimpin bacaan barjanji, walaupun depan rumahnya tanah lapang ada jalan kabupaten, namun berkumpulnya seratus orang menyebabkan hawa panas dan berkeringat sekujur tubuh pun dirasakan oleh para jamaah.Â
Apakah ini dinamakan dengan pemanasan global, rumah dengan dinding tinggi 4 meter saja masih tetap berpotensi hawa panas, jika tanpa ada kipas angin tentu semakin pengab atau panas membara.Â
Sepertinya bukan hanya ditempat tersebut, saat ini musim kemarau sudah mulai masuk, hawa panas di malam hari sangat dirasakan oleh sejumlah warga di jalur pantai utara pulau jawa, mungkinkan rumahnya tidak ada Air Cinditioner (AC), dimana rumah tipe 36 saja perlu AC, apalagi jika mereka rumahnya berhimpitan.Â
Bagi laki-laki mungkin dengan pakaian kaos dalam atau bahkan tidak pakai kaos hanya sarung saja, solusi alternatif atas kegundahan terhadap hawa panas di malam hari. Kalau malam saja sudah panas, apalai saat siang hari.Â
Pengadaan AC tentunya harus diperhitungkan oleh pemilik rumah,,karena nanti ada pembengkakan bayar listriknya, yang biasanya tidak sampai Rp 250 ribu dengan 900 Watt bisa saja bayar hingga Rp 400 ribu bila terpasang AC untuk ukuran 1 pk. Bayangkan jika punya kamar 3 harus dipasang dan dinyalakan tiap hari, maka bisa membengkak biaya bayar bulanannya.Â
Harga sebuah kesejukan atau rasa dingin sangatlah mahal, makanya orang yang hidup di pegunungan, dia merasakan tidak ada keluh kesah terhadap rasa kepanasan, contoh saja hidup di Desa Yosorejo Kecamatan Petungkriyono, hawanya sangat dingin, sejuk dan kabut selalu menyelimuti tiap menjelang siang hari sampai dengan malam hari.Â
Mereka tidak usah memasang AC, karena sudah terbantukan dengan hawa dingin, termasuk kwalitas air dan hawa dingin air juga sangat dingin, bila kita tersentuh aur tersebut, cukup sehari mandi saja t8dak merasakan perbedaan pada fisik kita.Â
Kalau kita telusuri, ternyata hutan lindung di kecamatan petungkriyono pekalongan sangat terjaga, tidak ada alih fungsi hutan, masyarakat menjaganya dengan baik, burung, kera owa, macan jawa, dan suara bunyi hewan kecil selalu menyertai setiap melangkahkan ayunan sepeda motor saat melintasinya.Â
Mestinya ini harus disikapi bersama bagi kita semua, sepuluh tahun yang lalu kondisi di wilayah hilir tidaklah seekstrim sekarang. Baju sehari bisa berganti dua kali, bahkan bisa tiga kali. Bayangkan jika keringat kita bahu badannya menyengat, apa tidak mengganggu teman yang disebelahnya.Â
Belum lagi wilayah hilir sekarang mau dijadikan kawasan industri baik dari investor korea maupun investor asing lainnya, apa yang akan terjadi di 5 tahun berikutnya. Industri dengan merubah usara semakin panas, langit berubah warnanya tidak biru, dan polusi ada dimana-mana,dampaknya kasus kesehatan pada pernafasan jelas akan bertambah, belum lagi jika TBC semakin tidak ditangani, maka bahaya bisa mengancam warga dijalur hilir.Â